01.
Kisah Uang Nganggur Seorang Pengangguran Yang Jarang Nganggur *halah!
Sebenarnya ini adalah kisah tentang uang nganggur. Bisa dipakai bisa tidak, tapi kalau dibiarkan bisa ilang meruap di udara. Uang 27 juta di jakarta nggak bisa diitung sebagai uang yang banyak, di deposito-in juga paling cuma berapa siyh bunganya per tahun. Mau dipake maen reksadana juga nanggung, kalau mau dipake senang-senang, pasti bisa cepet banget juga abisnya. Semalam, kalau mau, 2 juta di jakarta bisa dibuang begitu saja hanya dengan sekali kongkow minum2 atau belanja-belanji bareng teman sesenangan. Kaliin aja 2 juta kali uang segitu, pasti nggak butuh hari yang banyak untuk ngabisin uang sejumlah itu
Sejak akhir 2005 aku jadi pekerja serabutan (Hihi kebayang nggak siyh? Kata itu berasal dari kata ‘serabut’ atau mugkin ‘cabut’?) kadang ada kerjaan dan ada uang dan berlebih, kadang nggak punya uang meski kerjaan selalu ada saja nggak henti alias nggak pernah jadi pengangguran. Pada tahun-tahun sebelum bapak meninggal, nggak ada masalah siyh sebenarnya kalau aku nggak punya uang, toh selalu bisa minta duit ke rumah dan mereka akan selalu ada buat ngasiyh aku meski nggak bisa banyak juga. Itulah sebabnya aku bisa bebas ngerjain apa saja yang aku suka di jakarta sini.
Bokap meninggal tahun 2003. Keadaan masih oke-oke aja dan semua berjalan lancar-lancar aja setelah kepergiannya. Kita punya toko material, beberapa ladang-ladang, sawah-sawah dan kolam-kolam, plus plus plus benda lainnya yang bisa lah dijadikan sumber buat ngidupin nyokap sama adik. Masalah justru muncul pas kakak ketiga meninggal. Itu terjadi tiga tahun yang lalu. Ya, begitulah.. ada beberapa masalah dengan bank yang bla bla bla melibatkan juga ortu tunggalku dan lain-lainnya. Sejak saat itu, kalau nggak bisa ngasih uang ke kampung, selalu mulailah kepikiran. Sementara… ya taulah freelancer gimana siyh kerjaannya, udah gitu aku bergerak di dunia idealis tragis pula (semoga sejak saat ini jadi idealis laris manis – amen *halah :p)
Jadi begitulah awalnya…
Aku pengen tenang tanpa harus mikirin kasih duit bulanan buat support bayar listrik rumahku yang lumayan gede di sukabumi sana, buat support bayar telepon, buat bayar uang bulanan pembantaian di rumah, dan mungkin juga bisa sedikit ngasih tambahan buat adik atau siapa saja orang di kampung yang mau turut jagain itu usaha nantinya.
Uang nganggur yang aku punya, kenapa nggak dipakai aja buat bikin usaha kecil. Tapi.. apa ya?
02.
MY NET
Aku itung lokasi tepatnya dimana, aku itung kira-kira butuh biaya berapa dan berapa unit komputer yang dibutuhin dan kelak akan ngasilin berapa. Aku itung juga berapa biaya listrik perbulan, biaya bayar paket internet bulanannya, biaya pembuatan kotak kubikal untuk masa awal dan liat-liat bebeberapa warnet yang modelnya cocok untuk ruangan di lantai bawah rumah di Selajambe sana.
Ada 3 lantai di rumah di kampung sana. Di lantai satu, di bagian depan, ada 2 ruang yang selama ini dijadiin gudang. Bial dipakai salah satunya, itu pasti bisa cocok banget buat dijadiin tempat warnet. Kakakku yang di Cianjur punya toko material, bisa ke dia aku minta bantuan buat dibikinin kotak kubikal untuk para pelanggan supaya bisa santai juga feel private kalau lagi ngakses internet, dan semua ponakanku yang kecil-kecil dan abege, mereka adalah para customer warnet yang hampir saban hari buang duit di warnet orang.
Maka kujadikan mereka sebagai sumber risetku untuk tahu warnet seperti apakah yang membuat mereka nyaman dan selalu pengen balik serta balik lagi.
[Mila, ponakan di Cianjur. Setiap hari online setidaknya 2 jam]
[Faris, kelas 1 SMP - menjemput adiknya Mila, kelas 4 SD. Mereka narasumber saya]
[Rima, Mahasiswi semester 4, salah satu ponakan ababilku]
[Arul, umur 4,5 tahun, ponakan teringusan, baru naik kelas TK B. kecanduan parah sama game online]
Keponakanku yang lain, si Alam, bukan hanya internet user tapi juga seorang ahli IT yang udah berhasil menjual beberapa produk website rancangannya ke lembaga-lembaga pemerintahan di sukabumi. Dia masih semester 6, punya 4 unit komputer internet di rumah yang dijadiin warnet tempat anak-anak tetangga main game online dan beberapa temannya yang jago, mengasah keterampilannya sebagai gamer. Kepada dialah aku minta tolong untuk desain-in seting warnet yang akan kubikin. Sementara, aku cat sendiri ruang gudang dan mulai menarik adikku untuk in charge dalam semua kegiatan tersebut.
Usaha, seperti kata si Mark Zuckerberg, tak akan pernah berhasil tanpa kau merasakannya mengalir dalam darah, tanpa kau mau bersusah dan berjerih payah mengalaminya.
Aku sendiri punya rencana: aku akan merancang, menyediakan, menfasilitasi dan semampu mungkin membuat ‘ada’ apa yang seharusnya ada dari fasilitas sebuat warnet tapi untuk selanjutnya.. adik ku lah yang akan in charge. Waktu itu Maret akhir dan aku hanya punya waktu 5 hari dan lalu bolak balik Jakarta-Sukabumi setelahnya.
Yup,
Sekitar 10 hari aku luangkan untuk si warnet itu dan… setelah semua infrastrukturnya baik software maupun hardware terbangun, kutinggalkan. Aku balik lagi dan berpetualang serta bermain-main di Jakarta, selama dua bulan tanpa aku datang dan tanya-tanya, kupercayakan si My Net pada adikku. Aku ingin, dia belajar tentang mengendalikan sebuah usaha sebenarnya… Kalau berhasil, sukur. Kalau tidak, setidaknya dia belajar sesuatu tentang sesuatu; bagaimana mengendalikan dan menjadi leader di sebuah usaha meski itu kecil sekalipun...
03.
Sekarang
Ini bulan agustus tanggal 30. MY NET mulai beroperasi tanggal 7 april 2011. Berarti sudah hampir 5 bulan warnet itu berjalan.
Not bad, meski kayaknya adikku kerap deg degan kahwatir kalau suatu hari warnet nggak laku. Sekarang udah jamannya modem, murah pula harganya. Tapi pada adikku, aku terus berusaha untuk meniupkan semangat dan harapan besar. Berharap si MAY NET bisa terus langgeng baik-baik dan menyenangkan kayak gini selamanya...
My Net cukup laku. Meski naik dan turun, pelanggannya selalu ada tiap hari. Dan sejauh ini, paling jelek, target pemasukan selalu bisa lah didapat. Setidaknya, untuk operasional seperti listrik, telpon, biaya paket internet, uang untuk nyokap, bayar penunggu warnet, selalu lah bisa di-cover.
04.
Para Pelanggan
Warnet yang dioperasikan adikku sebenarnya bukanlah warnet dalam artian warnet yang sesungguhnya. Lebih banyak Game Online-nya, meski juga tentu saja para gamer cilik itu juga selalu bisa ber-FB an dan mau nggak mau itu artinya mereka harus memiliki account di yahoo atau di gmail bila mereka mau akses Facebook atau hal-hal yang lainnya. Alamat adalah hal yang paling pertama yang harus dimiliki siapapun di dunia ternyata, entah itu di dunia riil ataupun di dunia maya. Aku sendiri, seneng-seneng aja ngeliat anak-anak kampung itu kini mulai mengenal internet. Meski awalnya melalui game online, tapi aku berharap suatu hari mereka bisa mengenal internet jauh lebih banyak untuk kepentingan mereka dalam hal yang bisa membantu perkembangannya sebagai manusia dan bukan semata hanya sebagai para gamer yang maunya buang-buang uang dan senang-senang nantinya.
Para pelanggan My NET kebanyakan adalah anak-anak tetangga. Dari umur 5 tahun yang masih bilangan bayi, sampe yang udah usia kuliahan. yang usia kuliahan agak jarangan dan mainnya malem, tapi yang anak abege seperti SMA kelas 1 dan 2, juga adalah termasuk para gamer yang sukanya main malam.
Nah, yang lucu-lucu bikin heboh suka pada ribut itu ya yang masih pada ingusan. entah darimana duit mereka, tapi mereka bisa main berjam-jam dan pasti bayar. beneran ada yang dalam artian harfiah masih ingusan karena mereka beringus beneran (hihi), juga ada yang senior-seior semacam anakkelas 6 SD atau kelas 2 SMP yang masih mau main sama anak kecil dan nge-guide para juniornya yang belum bisa bikin account di yahoo atau di gmail, misalnya.
Lucu-lucu mereka ini. Kadang satu sama lain suka berantem dan lalu nangis. Nyokapku tuh yang paling pertama aka bereaksi. "Siapa itu nangis?" teriaknya dari ruang tamu yang dibatasi pintu lapis dua. Lalu para bocah yang berantem dan nangis itu akan diam begitu ngedenger teriakan nyokap. Kadang, ibu mereka juga datang menjemput. Itu terjadi kalau anak-anaknya nggak pulang padahal sudah maghrib. Adikku, kerap mengusir mereka, tapi mereka nggak mau pulang - terlebih kalau lagi punya duit banyak buat main.
Karena aturan nyokap, adikku selalu tutup My Net kalau waktu maghrib. Ntar buka lagi setelah jam7 malam. "nggak enak ama tetangga," begitu ucap nyokap.
Waktu liburan atau puasa kayak gini, para bocah angon itu sejak pukul 9 pagi udah ngetuk-ngetuk rolling door warnet minta dibuka. Dan nyokap, yang awalnya nggak biasa dengan keributan, selalu saja masih bersungut-sungut bila ada anak kecil yang ribut. Nyokap juga kerap ngomel-ngomel tanpa sadar kalau mereka, para costumer cilik itu adalah para pelanggan yang harusnya justru dibikin senang. Si mama mah ngak perduli. Hihi. Belum lagi adikku. Dia juga kadang suka judes dan galak. Hihi, maklumlah.. belum terbiasa melayani pelanggan :D
Dan anak-anak itu.. seperti layaknya anak-anak dimanapun di seluruh penjuru dunia, mereka tetaplah kanak-kanak. Hal yang paling pertama yang mereka perdulikan adalah mainan. Dan di MY NET, game yang paling seringkan mainkan adalah Point Blank, pun aneka game yang ada di facebook, di intrernet download dan dimanapun yang mereka bisa copy game-nya lalu mereka mainkan bersama dengan para teman-temannya di warnet yang dikelola adikku.
Seru juga siyh warnet ini...
Rasanya ingin juga suatu hari kujadikan materi dokumenterku. Hihi.
Hhhmm…
Seakarang, bila uang operasional bulanan nyokap di rumah sana udah ke –cover dengan My Net dan nggak ganggu pikiranku lagi... apa mungkin kini saatnya aku mikirin usaha lain yang baru dengan uang nganggur yang lain pula?
Kos-kosan?
….hhhm…
*tring tring smile mode on*
:D
Post Title
→The Story of MY NET
Post URL
→http://gallerygirlss.blogspot.com/2011/08/story-of-my-net.html
Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls