Powered by Blogger.

Cerita Di Balik "YANG BELUM USAI" film kompilasi 9808




    Memperingati satu dekade reformasi, sejumlah pembuat film independen membuat sebuah kompilasi yang terdiri dari 11 film pendek. Digagas oleh Prisma Rusdi, Hafiz dan Edwin, film pendek dalam kompilasi ini memeliki keragaman bentuk dari fiksi, dokumenter, hingga video art.

    Saya ikutan bikin. YANG BELUM USAI judulnya. Tentang Sumarsih, Ibu dari salah satu mahasiswa Atmajaya yang tertembak pada tragedi SEMANGGI I. Ceritanya, aku mau share cerita dibalik pembuatan film pendek ku ini gituhhh...


    _____________


    Dia Masih Terluka*

    Catatan dibalik pembuatan film dokumenter pendek “Yang Belum Usai”




    Hampir sepuluh tahun setelah peristiwa itu berlalu, ia masih saja melakukan hal tersebut. Sedikitnya seminggu dua kali ia akan membeli bunga. Mawar merah, selalu menjadi pilihannya. Dipegangnya di dada dengan khidmat, dan saat ia sampai di depan sebuah pusara di Taman Pemakaman Umum Joglo, ia akan mengeluarkan peralatan yang seolah telah menjadi abdi setianya selama sepuluh tahun belakangan; sapu lidi pendek dan sebuah gunting.

    Ritual pun segera dimulai: perempuan itu membersihkan pusara dan meletakan tangkaian mawar merah di cubung dekat kepala pusara, setelah rumput nakal dicabut dan rumput rapi di pusara disiraminya, mata perempuan itu akan terpejam, dan ia pun bersegera membuat tanda salib di kening serta dada untuk kemudian membaca doa. Sebuah doa rosario yang panjang dan khusyu’. Ditujukan bagi putranya. Dimohonkan untuk Yesus yang semoga mengenalkan cinta kasih di hati si penembak mendiang sang putra yang sampai saat ini belum diketahui siapa dan dari kesatuan mana.

    Sumarsih. Nama lengkapnya, Maria Katarina Sumarsih. Saya menyebutnya Ibu Sumarsih. Tapi mari kita sebut dia Sumarsih saja.

    Dia bukan sembarang ibu. Cintanya yang besar terhadap putranya Wawan sempat membuatnya menjadi hampir seperti ’orang gila’; lupa makan; tak bisa tidur; hari-harinya selama hampir tiga bulan sepeninggal putranya diisi dengan tangis dan penyesalan karena tak bisa menjaga Bernardus Realino Norma Imawan atau yang kerap biasa disapa Wawan. Tapi setelah sebuah retret pada _________________, Sumarsih bertanya kepada Romo _________ (yang menjadi pemimpin retret) tentang apakah yang akan ia lakukan sekembalinya dari retret ketika telah sampai di Jakarta. Dengan bijak sang Romo pun bertutur ”bila kamu tidak melakukan apa-apa, Wawan tak akan kembali. Bila kamu melakukan apa-apa, Wawan pun tak akan kembali. Tapi bila kamu melakukan apa-apa, setidaknya kamu melakukan sesuatu”. Maka sejak saat itu, Sumarsih pun bangkit dan tekadnya untuk melanjutkan perjuangan putranya semakin bulat.

    Seperti yang kita tahu, salah satu amanat dari 6 butir amanat reformasi yang digaungkan Mahasiswa tahun 1998 adalah supremasi hukum, maka Sumarsih pun melanjutkan perjuangan mendiang putranya dengan menuntut keadilan demi tegaknya Supremasi hukum yang masih kocar-kacir di negeri ini. dan perjalanan panjang Sumarsih beserta keluarga korban tragedi Trisakti-Semanggi I & II dalam menuntut keadilan pun, dimulailah.

    Di antara para keluarga korban tragedi Mei-Semanggi I & II, Sumarsih terlihat menonjol karena aktivitas aksinya, cara bicaranya yang artikulatif serta pemahamannya terhadap isu yang tengah dia jalani. Pada _________ di DPR ia pun sempat melakukan aksi dramatis melempar telur busuk ke ketua sidang paripurna saat akkhirnya fraksi-fraksi di DPR memutuskan melalui voting bahwa tidak terjadi pelanggaran HAM berat dalam kasus tragedi Trisakti-Semanggi I&II. Sumarsih mengaku, ia amat tersinggung dengan angota dewan yang sama sekali tidak berpihak kepada keluarga korban. Ia mempertanyakan, bagaimana kalau anak-anak anggota DPR itu yang terbunuh? Akankah keputusan para dewan tetap sama yakni menyatakan bahwa tidak ada pelanggaran HAM berat dalam kasus penembakan Tragedi Trisakti dan Semanggi I&II?

    Mendengar kisah ini dari Sumarsih, saya teringat scene dalam film dokumenter Fahrenheit 9/11 dimana Michael Moore menyebarkan formulir pendaftaran relawan perang untuk misi perjuangan Amerika di Iran di depan gedung parlemen USA, dengan para anggota dewan sebagai incarannya. Michael Moore meminta para anggota dewan tersebut untuk merelakan anak-anaknya menjadi relawan untuk perang Iran dan tentu saja semua angota dewan tersebut menolaknya.

    Karena aktivitas yang tak kenal lelah dan tuntutan Sumarsih yang konsisten, pada tahun 2004, istri dari Arief Priyadi ini mendapat penghargaan Yap Thiam Hien Award untuk kegigihannya melakukan upaya penegakan hukum.

    Perkenalan saya dan Sumarsih sendiri, dimulai pada akhir Januari 2008. Suatu kamis sore di depan istana negara jl. Medan Merdeka Barat ketika Sumarsih dan para korban kasus pelanggaran HAM lainnya seperti Tanjung Priok, Tragedi 1965, Talang Sari, ___________ sedang melakukan aksi kamisan. Sebuah aksi diam yang dilakukan tepat di depan istana dan telah dilakukan Sumarsih sejak Januari 2007, tepatnya ketika fraksi-fraksi di DPR memutuskan tidak terjadi pelanggaran HAM berat dalam kasus tragedi Semanggi I dan Semanggi II, seperti yang telah diuturakan di atas. Sebuah perkenalan tak sengaja yang terkait dengan isu impunitas terhadap Soeharto.

    Jauh sebelum kami bertemu, saya sendiri telah mengenali wajah Sumarsih melalui layar kaca. Saya mengenalinya sebagai ibu dari korban tragedi Semanggi tanpa tahu dengan jelas apakah putranya tersebut, terbunuh dalam Tragedi Semanggi I atau Semanggi II. Yang tidak mengikuti dengan intens peristiwa politik tersebut, pasti mengalami sedikit kebingungan seperti saya. Tragedi Semanggi I terjadi pada 13-15 November 1998 di Atmajaya, Tragedi Semanggi II terjadi pada _____September 1999 di Atmajaya.

    24 Januari 2007—tiga hari menjelang kematian Saoeharto, saat mantan penguasa orde baru tersebut terbaring kritis di RSPP dan banyak yang mengatasnamakan diri kelompok masyarakat (entah dari mana) yang meminta supaya dosa politik Soeharto diampuni, kelompok aksi kamisan atau yang dikenal juga dengan aksi diam payung hitam yang dikoordinatori oleh KONTRAS justru melakukan hal sebaliknya. Mereka menolak dengan keras pengampunan terhadap dosa Soeharto. Impunitas terhadap Soeharto jelas akan menjadi indikasi yang buruk untuk penegakan upaya hukum di Indonesia. Mereka menuntut SBY untuk tidak diam dan segera adili Soeharto serta kroni dan para pelanggar HAM lainnya. Waktu itu, saya kebetulan sedang merekam kegiatan para wartawan peliput Soeharto (di Rumah Sakit Pertamina Pusat) dan tengah mengikuti perkembangan apapun yang terkait dengan isu Soeharto termasuk para demonstran yang meminta pengampunan maupun yang menolak dengan keras impunitas atau pengampunan hukum terhadap Soeharto. Di depan istana saat kelompok payung hitam melakukan aksi diam kamisan-nya itulah, saya bertemu Sumarsih untuk pertamakalinya.

    Badannya kurus, rambutnya putih, dan ia selalu mengenakan pakaian hitam. Mata Sumarsih selalu bersemangat dan penuh binar meski kerap terlihat digelayuti kantung mata yang membuatnya kadang terkesan lelah. Ia tampak pendiam. Namun bila Anda mengajukan pertanyaan tentang bagaimana perasaannya saat mengenang sang putra Bernardus Realino Norma Irmawan yang tertembak dalam peristiwa Tragedi Semanggi hampir sepuluh tahun silam, maka riak antara sedih dan marah akan terlihat bergelombang di matanya. Saya tak tahu sesungguhnya gelombang mana yang lebih dominan bergelora, namun yang jelas, Sumarsih akan segera mengatakan “Saya bangga dengan apa yang telah dilakukan Wawan selama peziarahannya di dunia, tapi sebagai ibu, saya tak rela anak saya dibunuh”. Dan karenanya, sudah menjadi hal yang lumrah bila Sumarsih meminta negara untuk bertanggungjawab terhadap peristiwa pembunuhan putranya.


    Menolak Lupa.

    Ada sebuah cerita tentang air pembuat lupa. Siapa yang meminumnya, ia akan melupakan kenangan baik dan kenangan buruk yang telah terjadi dan menimpanya. Rasanya semanis ambrosia dan tentu saja para dewa di atas sana menyukainya. Namun andai air pembuat lupa ini benar-benar ada dan ditawarkan pada Sumarsih, saya sangsi, akankah ia bersedia dan tergoda untuk meminumnya?

    Kenangan bersama Wawan telah membuat manis hidup Sumarsih, dan ingatan tentang perenggutan paksa hidup Wawan dari dunia telah turut juga merenggut sebagian hidup Sumarsih. 10 tahun peristiwa tersebut telah berlalu, tapi Sumarsih menolak untuk lupa. Banyak kasus datang dan pergi, cuma jadi sepenggal cerita dalam panggung politik. Banyak kepentingan dan tentu banyak juga pihak yang ingin kasus pelanggaran HAM dilupakan, tapi, perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah perjuangan ingatan melawan lupa, begitu ucap prosais kelahiran Chekoslovakia, Milan Kundera. Dan Sumarsih, meski saya tak tahu apakah ia pernah membaca tulisan Kundera atau tidak, tapi saya yakin, Ibu yang lembut dan bersemangat itu akan sepakat dengan apa yang dinyatakan Kundera.

    Sepuluh tahun reformasi telah bergulir, telahkah ia sampai pada tujuannya?
    Mari bersama, kita menolak lupa***

Post Title

Cerita Di Balik "YANG BELUM USAI" film kompilasi 9808


Post URL

http://gallerygirlss.blogspot.com/2008/05/cerita-di-balik-belum-usai-film.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls

Why this is so sad...

    I don't want to be sad.
    but why it is so sad...?



    ah,
    just melancholy me

Post Title

Why this is so sad...


Post URL

http://gallerygirlss.blogspot.com/2008/05/why-this-is-so-sad.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls
Cpx24.com CPM Program

Popular Posts

My Blog List

Total Pageviews