Powered by Blogger.

Geylang Road... *termenung & berpikir tentang ada*




    "mau kemana lagi acaranya setelah ini?" itu pertanyaan bang ucok.

    aku ama lucky lirik2an. terlalu banyak yang mau dikunjungi... terlalu banyak yang harus diperhitungkan secara budget juga (mengingat keuangan aku yang nge-pas, hihi), terlalu sedikit waktu, padahal terlalu gegap gempit tempat-tempat di luar sana yang bisa diekplore. dari yang educatif, yang nggak guna, aneka museum, chit chat gosip omong kosong di outdoor cafe, termangu di library, bengong sambil baca buku, shoping, ngelilingin mal, liat pantai palsu, dan keinginan mengenal tempat-tempat yang lebih intim secara personal di singapur.. ini perjalanan pertama aku ke negeri tetangga by the way. atas csr dari seorang rekan pula... *halah! :p

    lucky lagi nge-direct 2 iklan untuk google di singapur. belum lagi sebulan dia di sana, tapi dia ingin ada teman yang sesekali bisa diajak jalan. sepi mungkin kadang merasuk diri lucky. aku lagi sendirian di utan kayu dan ada sedikit jeda dari riset untuk dokumenter terakhir yang rencananya kelak akan berjudul 'jakarta ketuk pintu'. housemate-ku vero baru aja pergi ke amrik untuk study di harvard, dan selain vero yang kerap jadi partner in crime, lucky sebagai salah satu partner in crime yang lainnya, dalam waktu terakhir juga pergi-pergi terus dari festival ke festival untuk filmnya madame X yang cukup banyak sambutan di luar negeri. dengan cara yang cukup mengherankan, aku juga beberapa bulan terakhir (sejak januari akhir- roomateproject) pergi-pergi dan terbang-terbang mulu entah itu di dalam maupun luar negeri; bali, sumbawa, madura, lasem, bali lagi, yogya lagi, cirebon, solo lagi, vietnam, madrid, sampai terakhir ya yang kemarin singapur itu.

    ...tentu aja fyi, semuanya nggak selalu pake duitku sendiri (mana mampu). kecuali yg roomateproject bareng vero, penanggung dananya berganti-ganti. ada yang ford foundation, ada yang perusahaan KAO, ada yang didanai goethe, dan terakhir ya yang dibayarin tiket sama luckster...

    mungkin ini jadinya agak curhat colongan, tapi begitulah yang terjadi...


    senang rasanya melihat dunia berkembang dan kita berubah. dan dari semua hal itu, yang paling menyenangkan dari menjadi orang yang berubah dan berkembang (baca: dewasa) adalah MAMPU MEMBUAT KEPUTUSAN. rasanya bahagia dan lega menyaksikan kita bertransformasi, para partners in crime bertumbuh dan teman-teman di masa lalu telah ada di posisi masing-maisng. memiliki banyak tambahan serta menjadi 'besar' dan semakin besar tiap harinya bukan semata karena materi tapi karena hal-hal seperti networking yang bertambah, keluarga yang bertambah, pengalaman yang bertambah, karya yang bertambah, pengetahuan yang bertambah disamping banyak yang berkurang juga seperti kualitas hidup di jakarta (*halah!*)

    ...dan hhmm... disadari atau tidak, semua pertambahan itu ternyata didasarkan pada kemampuan kita dalam membuat keputusan. saat memutuskan yang satu, berarti kita dengan sadar tidak mengambil keputusan yang lain sebagai keputusan kita. suatu anugerah dari alam pada kita atas kemampuan memilih yang mengingatkan aku pada hakekat dasar menjadi manusia yang kalau dalam bahasa stuart mill dalam bukunya On Liberty 'memberdayakan manusia untuk menjalankan roda-roda kehendak bebasnya untuk memilh lalu bertindak'

    bukan hal yang mudah:
    MEMILIH lalu BERTINDAK
    --> membuat keputusan lalu menfollow up nya dengan konsisten.

    aku mungkin seseorang yang tidak terlalu menyukai konsistensi (pada masa lalu), namun seiring waktu berjalan.. konsistensi disadari adalah hal yang sialnya, justru nggak mau menjauh dari kita. pada saatnya, akhirnya aku sadar kalau konsistensi itu tidak perlu direncanakan, tak perlu diinginkan atau diusir-usir, karena pada hakekatnya ada infrastruktur non formal dalam diri kita semua, ia kemudian merayap dan menyerap, melembaga dan lama-lama menubuh membentuk identitas, menjadikan 'aku' tiap orang semakin 'aku', sebuah keakuan yang terbentuk secara sadar atau tidak yang pada akhirnya mewujud sebagai identitas karakter yang bentuknya tertuang dalam panggilan... panggilan jiwa dalam masing-masing orang.

    dalam kasus para partner in crimeku belakangan: vero mungkin panggilannya di dunia sekolahan dan akademisi (dan kita butuh itu), lucky mungkin di dunia kreatif yang bertumbuh dan indonesia kurang menyuburkan perkembangannya (kita tahu lah bagaimana kondisi indonesia) , aku mungkin di dunia kreatif yang berhubungan dengan aktifisme (dan masih sedikit juga orang yang melakukannya) sedang teman-teman yang lain... entahlah dan terserah masing-masing sajalah. Hanya saja…

    penuhilah panggilanmu...
    apapun itu
    jangan mengingkari
    cukup sambut saja

    karena panggilan,
    bila pun kau tak menyahuti dan menjawabnya...
    akan selalu menggema di lorong hati dan rongga dada

    bila kau tidak memenuhinya,
    maka ia akan bergentayangan menghantuimu seperti mimpi yang tak selesai di sepanjang hidup...


    dan itulah pertanyaannya.

    terlontar (cukup mencekat) di benak saat acara jalan-jalan selanjutnya di singapur pada malam hari ke-2 itu; di sepanjang geylang road.

    dalam bahasa indonesia, aku sengaja bercakap. suara agak dibesarkan ketika ngobrol dengan lucky dan atid di sepanjang lorong 13 dan lorong 14. geylang road adalah salah satu red district tertua di singapura. malam masih cukup muda. sekitar pukul 9.30pm-an. perempuan aneka wajah dan ras, dibalut wardrobe aneka tampakan. awalnya yang molek dan beberapa berada di dalam. diintipi lelaki-lelaki yang di beberapa rumah bordir terlihat mengantri. lalu terngianglah kata-kata si koko di sex shop yang sebelumnya sempat kami datangi, 'those women are legal when they were inside the house. and an illegal one, you can see them in the road'.




    mereka yang berkeliaran di jalan di geylang road itu, khususnya di pojok jalan lorong 13, ...mereka bercakap dalam bahasa jawa, beberapa lelakinya (mungkin mucikari mereka) terdengar sedang membuat transaksi dalam bahasa indonesia saat aku dan 2 temanku lewat, "cuma 30 menit saja... agak jauh dari sini emang. cari coba beberapa orang lagi.. ya? c'mon lah..." bahasa indonesia aksen kota, pemandangan lelaki berwajah cina yang bersandar ke kap mobil sambil merengek ke 3 perempuan berbaju minim berwajah cina dan jawa.

    aku,
    aku tentu saja tak mau tertinggal untuk meski cuma menyapa mereka di jalanan...

    'hai mbak...'
    'hai mbak...'

    sembarang saja kuucap kalimat tersebut di sepanjang lorong ruas jalan saat kami bertiga lewat.
    dan sambutannya?

    beberapa orang perempuan menjawab....
    'mbak, nang pundi?!'
    'eh hallo mbak..'

    sungguhkah menjadi pekerja seks komersil di negeri orang adalah panggilan jiwa yang mereka inginkan? benarkah identitas itu bisa terbentuk meski tanpa konsistensi? apakah benar panggilan yang sesungguhnya dari jiwa para perempuan indonesia yang kutemui di singapura itu adalah untuk berada di jalanan sepanjang geylang road? bisakah pemerintah menyelamatkan mereka? atau siapa...? siapa juga yang harus diselamatkan? apakah mereka berada di jalan yang tak selamat? siapa yang harus dipanggil seandainya para perempuan itu butuh diselamatkan dari kejahatan jalanan?

    dan lalu bila itu yang berkenaan dengan panggilan... apa pula sesungguhnya panggilan jiwaku? kenapa ada sesuatu yang dalam dan sedih kalau berjalan ke tempat seperti itu?

    sambil menggenggam bola pantul lembut berwarna kream agak merah muda yang dibentuk menyerupai payudara, di geylang road aku berpikir tentang 'aku berpikir maka aku ada'. aku berpikir tentang mengapa kita harus ada dan untuk apakah 'mengada'?

    dan oh kau bapak filsafat modern wahai rené descartes yang sekarang sudah mewujud dalam bentuk bintang yang bergelimpangan di kluster langit malam, maha benarlah engkau dalam sabda di kitabmu Meditations on First Philosophy...

    Bila hanya untuk tiada... kenapa lampu bohlam menyala?

    "Setelah dari geylang road, malam ini acara kalian apa?" tanya bang ucok lagi.

    Ya,
    pertanyaan yang selalu penting untuk diajukan sebelum bisa naik dari dan ke setiap tahap berikutnya: "Selanjutnya apa?"



    geylang road di waktu malam... *makanannya banyak yang enak*


    tetek2an, salah satu benda yang dijual di sexshop di geylang road

    hari ya ng lain untuk bermain-main *perahu nuh, berani angkat?*

Post Title

Geylang Road... *termenung & berpikir tentang ada*


Post URL

http://gallerygirlss.blogspot.com/2011/08/geylang-road-termenung-berpikir-tentang.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls
Cpx24.com CPM Program

Popular Posts

My Blog List

Blog Archive

Total Pageviews