Powered by Blogger.

Musim Aneh Yang Tuntas

    Pagi tadi kutuliskan pesan padamu. Tentang sebuah musim aneh yang kini meruap dalam asap rokok yang kau hembus di teras depan rumah.



    Ada bau tertinggal di dalam kamar. Sangat dekat. Sedekat waktu kita bercakap, hampir berbisik, dari telinga ke telinga, sewaktu kusauh rambut perakmu dan kuucapkan begitu seksinya helai rambut putih itu. Menjela di antara ikal hitam rambutmu, seperti pedang ksatria kalah perang. hhmm... Aku suka rambut beruban... Dan tanganku kau tangkap. Katanya suka, namun kenapa masih kau cabuti juga?



    Selalu itu bau mulutmu. Tembakau yang diisap para cowboy.

    Negeri itu jauh, tapi kau petik aroma empat musim dan kau sulut sebuah pemantik. Aroma itu, yang dulu kuhirup dari hembus nafasmu, kubungkus minggu lalu dalam sebuah gulungan koran. Kurapikan, lantas kumasukkan dalam lemari waktu. Berharap aku tak lagi mengenangmu. Lelaki musim aneh yang datang pada suatu baris malam yang tiap helainya penuh dengan noktah kesepian.



    Tapi sunyi bunga bakung itu kini pecah. Ada yang gaduh saat seorang gadis memberitahu sebuah wahyu. Bunga bakung mencuri cium dari bibir rekah beberapa perempuan. Kelopak putihnya pun buncah. Aku bisa melihat peri kecil lahir di sana. Memberi tahu tentang kematian dan aborsi-aborsi dini dari perasaan. Tentang waktu yang tak terwaktukan. Tentang masa yang mengandung bahaya. Tentang sihir dan ciuman. Tentang kenangan yang meruap dan orang-orang yang bergegas beranjak; menjadi berbeda. Tidak lagi sama...



    Adakah yang fana?

    Bahkan andai musim aneh saja bisa tuntas, bilama dengan musim hujan dan kemarau?



    Maka kukabari kau selalu keadaan hatiku.

    Seperti pagi tadi, seperti hari-hari sebelumnya. Seperti bulan yag selalu mengabari matahari pada orbit tiap lintasannya. Karena aku tak akan alpa memberitahumu tentang keadaanku; sebuah planet kosong berwarna lumpur terang. Kemarin, sempat hidup sebentar saat seorang astronot menaburkan sebuah jala, jaring dari sebuah musim aneh yang hampir kukira itulah bahagia... (baca: suka #redaksi)



    Hai..., namun mungkin musim aneh itu kini memang telah tuntas.

    Tak ada lagi malaikat penjaga kabut tipis yang menjatuhkan karyanya pada tiap pagi di musim itu. Tak ada lagi embun yang menempel pada batang alang-alang. Burungpun seumpama kehilangan paruh tak mampu bersiul lagi. Capung di planetku kehilangan sayap. kupu-kupu luruh, belalai lentiknya patah. Nektar jadi merana tanpa kumbang. Bunga-bunga mati dan kehidupan pada musim yang aneh kini menjadi janggal...



    Tapi ada yang tinggal...

    Tetap ada yang bersisa, menempel kuat seumpama keong kecil tak mau lepas dari daun talas.



    Ada sesuatu yang kupelajari dari musim aneh yang telah pergi...

    Sesuatu tentang sempurna dan kemampuan menerima.



    Sempurna adalah sesuatu yang wajar dengan serangkaian kekurangan yang tidak dianggap sebagai cacat. Sedang kemampuan menerima adalah saat kita tahu siapa kita dan mereka. Tak ada sesuatu yang sempurna. Sebab tuhan saja masih memiliki banyak kekurangan, pasti dia telah membekali mahluk dengan kemampuan untuk bisa mengadaptasi dan persuasi dengan berbagai kekurangan yang dimiliki mahluk ciptaannya. Kenapa aku harus kecewa bila hidup atau bahkan bunga bakungku bukanlah mahluk yang sempurna? ***







    ### Hanya saja kita telah mengoyak pertemanan. Sayang. ###

























Post Title

Musim Aneh Yang Tuntas


Post URL

http://gallerygirlss.blogspot.com/2004/07/musim-aneh-yang-tuntas.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls
Cpx24.com CPM Program

Popular Posts

My Blog List

Blog Archive

Total Pageviews