Powered by Blogger.

Dia bertanya, Dimana Bisa Dipelajari Seni Berkompromi?

    Dia patah hati, bukan hanya remuk, tapi juga seluruh kepercayaannya kandas. Tidak karena masalahnya terlalu besar, tapi karena dirinya terlalu keras; ketika pecah, lempengan keputus-asaannya tertabur mengaur, membuncah kecil-kecil seumpama partikel,

    tak bisa lagi mewujud pixel.



    Alangkah sulitnya memahami. Dan banyak hal yang tidak mampu dipahaminya. Ia tak paham mengapa Tuhan tak langsung menumbuhkan pohon pakaian? mengapa harus perlu biji pohon randu untuk bisa memanen kapas? mengapa perlu pemintal untuk bisa menjahit kain jadi

    pakaian? Mengapa butuh uang untuk bisa sekedar menyandangkan pakaian di badan? Ia pernah berkesimpulan, Tuhan memang tidak penyayang. Sampai saat ini, ia masih berpikiran demikian.



    Ketika bertemu dengan perempuan itu, ia juga tidak paham mengapa harus dibutuhkan perkenalan. Bila merasa sudah saling kenal, mengapa masih butuh tata kemanusiaan? Harusnya mereka bisa langsung saling berbagi percakapan sambil menatap bintang-bintang, membayangkan mereka dulu pernah tinggal disana, namun terusir karena suatu kekuatan jahat tak senang mereka berbahagia bersama. Kenapa ketika bertemu kembali di bumi, mereka masih harus ikut aturan manusia?



    Karena dianggap tak sopan, dia bukan hanya dicampakkan tapi juga ditinggalkan oleh banyak orang yang ia sayang.



    Suatu hari, pernah ia bertanya pada temannya:

    Mengapa nasib seperti mengutuknya? mengapa kesialan selalu yang menimpa dirinya?

    Temannya bilang, sederhana, semua bisa kembali normal bila kau mau belajar

    satu hal.




    Dia tergetar, apakah yang satu hal itu? Satu hal yang bisa menetralisir dirinya menjadi sesuatu yang bisa diterima semua orang. Pada saat yang bersamaan, sekelebat hatinya bilang, apakah selama ini aku tidak normal?



    "Mereka yang tidak normal, tapi kamu terlalu rasional!" Jawab temannya sambil menyeruput fruit tea. "Oh ya, atau mungkin aku salah. Kamu terlalu menuntut banyak hal sedang orang-orang tak mampu memenuhinya, sehingga harapan itu melempam dan kau lalu hanya pergi dalam diam tapi penuh kemarahan" temannya meralat apa yang baru saja dilontarkannya.



    Diapun bergerak, kakinya melangkah. Rasa-rasanya temannya hanya membual saja. Ia tahu temannya tak pernah bersungguh-sungguh bila memberinya saran, semua orang sama ‘kan? Hanya benar-benar perhatian bila ada kebutuhan atau suatu keperluan. Tapi temannya ternyata mengejarnya, langkah kakinya bergerak cepat-cepat. Temannya segera menyejajari langkahnya.



    "Pelajarilah seni berkompromi" begitu ucap temannya.

    Dia mendongak, "DImana bisa dipelajari seni berkompromi?”

    Temannya berucap, "pada fakultas hati jurusan sanubari".



    _______________________________

    -aku lelah, sangat lelah!-

    29 oktober 2002

Post Title

Dia bertanya, Dimana Bisa Dipelajari Seni Berkompromi?


Post URL

http://gallerygirlss.blogspot.com/2004/07/dia-bertanya-dimana-bisa-dipelajari.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls
Cpx24.com CPM Program

Popular Posts

My Blog List

Blog Archive

Total Pageviews