Powered by Blogger.

Mari Bercinta…. Di Kuburan!* (catatan Gn.Bolo#1)




    “Datanglah ke Gunung Bolo! Maka sensasi bercinta di kuburan dengan beralas koran berdamping nisan dan beratap langit dengan taburan bintang akan Anda rasakan. Rasa bercintanya, bukan cuma ndak karuan, tapi pasti bikin ketagihan sebab rasanya nikmat tenan. Hahahaha” Demikian promosi Udin a.k.a Benny a.k.a Gerandong sambil tertawa ketika saya memintanya untuk mempromosikan tempat prostitusi liar Gunung Bolo yang menjadi ’pegangan’ nya.

    Berjarak 214 kilometer dari Surabaya, ke arah barat Tulungagung di desa Bolo kecamatan Kauman, di sanalah bukit tersebut berdiri. Sebuah kompleks pemakaman Cina yang dikelola secara turun temurun oleh sebuah perkumpulan komunitas Cina di Tulungagung yang menamai dirinya ”Perkumpulan Rukun Sejati.”

    Kalau di pemakaman cina ada kuburan cina, tentu saja itu sudah nggak aneh lagi. Tapi yang menakjubkan bagi saya dari pemakaman cina di gunung bolo tersebut adalah sebuah kenyataan bahwa sejak tahun 1993, di pemakaman tersebut telah marak dengan prostitusi liar. Udin atau yang kerap disebut gerandong oleh rekan-rekannya adalah satu dari lima preman yang bertugas untuk mengamankan area lokalisasai tak resmi alias protitusi liar atau yang lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan istilah Non-Lok Gunung Bolo.

    Tak kurang dari 160-an orang perempuan menjadi WPS (wanita penjaja seks) di area non-lok Gunung Bolo tersebut. Itu yang terdata. ”Setiap hari yang beroperasi di sini antara 50 sampai 75 orang WPS. Kalau Week end, bisa keluar semuanya atau bahkan bisa sekitar 200-an orang. Tapi paling rame kalau lagi bulan puasa,” demikian terang Udin. Dan saya pun jadi melongo, lho kok bisa?.

    ”Tumpahan Mbak. Bulan puasa kan, Dolly di Surabaya tutup. Ngunut sama Ngujen (dua area prostitusi liar di Tulungagung) juga tutup. Jadi ya pada ke sini. Kalau bulan puasa, bisa mencapai 350an orang WPS beroperasi di sini.”

    Meski sebenarnya pengen mendelik sambil teriak ”WOUW!” saat mendengar keterangan itu, yang saya lakukan akhirnya cuma manggut-manggut.

    Masuk akal banget! Masuk akal banget! Hhhhm... jadi ketika pada bulan puasa lokalisasi resmi ditutup karena aturan pemerintah untuk memuliakan bulan ibadah, di tempat-tempat pelacuran liar seperti di kuburan Gn. Bolo inilah, para WPS tersebut mencari jatah THR untuk dibawa pulang mudik di kampung halaman? OMG! Saya ingin menangis antara terharu dan juga sedih mendengar cerita tentang nasib para perempuan yang tak begitu beruntung hingga terpaksa harus mencari nafkah dengan jualan diri tersebut. (saya tahu, dunia memang tak adil, tuan! :(

    Menurut keterangan Yasin dan Hengky, dua rekan dari LSM CESMID (lembaga yang bergerak di pendampingan untuk kesehatan para WPS) yang menemani saya ke Gn. Bolo waktu itu, malam minggu di Gn. Bolo adalah malam minggu yang ramai. Jalanan aspal sepanjang 30 meter dengan lebar dua meteran yang menjadi jalan masuk ke kompleks pemakaman Cina Gn. Bolo kerap macet oleh banyaknya motor, ojek dan bahkan mobil yang merupakan alat transportasi yang dipakai oleh para pelanggan atau pengunjung prostitusi liar Gn. Bolo tersebut. Tapi eits! Jangan salah sangka dulu.

    Tidak semua yang datang ke Protitusi liar Gn. Bolo menjadi konsumen dari para WPS yang ada di sana, sebagian dari mereka kadang datang hanya untuk iseng mengintip orang yang sedang bercinta di kuburan, sebagian dari mereka ada yang datang jauh-jauh buat pacaran, dan sebagian lagi ada yang datang dengan niat jahat. Mencuri barang berharga dari pengunjung yang kebetulan telah lena saat sedang asik ’gituan’ di atas kuburan.

    ”Yang curi HP banyak Mbak! Juga yang coba-coba mau nyopet dompet. Nah, itulah tugas saya dan 4 orang rekan lainnya. Mengamankan area non-lok Gn. Bolo dari tangan-tangan jahil.” Udin kembali terkekeh saat menerangkan tugasnya. Saya mengerjapkan mata sambil tersenyum menanggapinya.

    Apakah kejadian buruk yang sering dialami para pelanggan dan kerap terjadi di Non-lok Gunung Bolo selain kehilangan HP atau tindak kriminal oknum luar? Menurut Udin, yang sering terjadi adalah lutut lecet atau sedikit cedera karena tergores batu granit yang menjadi lantai dasar rata-rata kuburan. Hal itu terjadi ketika pelanggan lagi ”goyang” dan mereka nggak sadar. ”Tahu-tahu udah baretan ajah,” Ucapnya. Untuk kenyamanan, Udin pun menyarankan supaya pelanggan membeli koran yang tersedia di warung-warung kopi dadakan yang muncul setiap senja di kuburan. Warung yang Cuma terdiri dari meja dan minuman serta makanan yang ditata sekedarnya. Dengan Rp. 500,- empat lembar koran bisa dijadikan alas di atas kuburan dan dijamin akan membuat pengalaman bercinta di atas kuburan semakin mengesankan. Lagi-lagi Udin berpromosi.

    Ya, setiap WPS memang memiliki kavling sendiri-sendiri di Non-lok Gunung Bolo. Kuburan-kuburan yang secara tidak langsung telah mereka klaim sebagai ’kamar’ tempat transaksi seks dilangsungkan.

    Tarif WPS di Non-Lok Gunung Bolo memang relatif terjangkau. Kisaran harga antara Rp.10.000 sampai dengan Rp. 25.000,- saja. Fakta ekonomi yang lagi-lagi cukup meneror saya. Oalah... murah tenan, tuhan... Tak ada germo atau Mucikari. Mereka semua WPS freelance alias langsung cari pelanggan sendiri, atau tentu saja sebaliknya, pelanggan bisa langsung datang mencari entah janjian by SMS sebelumnya atau langsung ketemu di Non-lokalisasi, bertransaksi and then everybodi happy.

    Bagi para pengunjung yang malu-malu tapi mau atau bagi WPS yang segan mencari pelanggan sendiri, biasanya beberapa ’kiwir’ siap menberikan jasa layanan. Kiwir adalah istilah untuk lelaki yang menjadi pasangan tetap para WPS tapi juga bekerja untuk mereka alias mencarikan pelanggan untuk para WPS pasangannya. Sebuah kenyataan yang lagi-lagi, oalah.... bikin saya berasa kayak di scene layar lebar. Kehidupan pahit itu, ternyata benar-benar terjadi di layar kehidupan!

    Ohya. usia WPS yang beroperasi di Gn. Bolo rata-rata di atas 25 tahun. Antara 27 sampai dengan 50an. Ada juga sih sebenarnya yang masih muda. Ada sembilan orang WPS yang berusia antara 19 sampai 24. ”Tak boleh ada yang benar-benar idola. Sengaja dibuat begitu,” ujar Udin. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga market share dari tiap WPS dan supaya tidak menimbulkan kecemburuan sosial yang bisa berakibat fatal. Biasalah... persaingan bisa memicu banyak hal.

    Sumilah, salah satu WPS asal Pulosari yang sore itu saya temui berdandan ala mbak-mbak fungky, mengaku kalau tiap hari ia bisa melayani 8 sampai 10 orang pelanggan. ”Tapi malam ini semoga semua kondom ini habis. Hihihi.” Sumilah tertawa sambil memasukkan 6 strip kondom sutra yang dibagikan Yasin dan Hengki untuk para WPS di Gn. Bolo. Hhhmmm... bila tiap strip berisi 3 kondom dan Sumilah membawa 6 strip, jadi dalam semalam Sumilah bisa melayani.... OMG! Bisa sampai berapa tahun lagi Sumilah bertahan bila ia harus melakukan begitu banyak ”bisnis ngangkang”?. Semoga Sumilah tetap sehat dan baik-baik saja, bisik saya dalam hati.

    Karena prostitusi liar atau non-lok Gn. Bolo beroperasi pada malam hari dan kegelapan alami menjadi salah satu aset promosi yang menjadi kelebihan prostitusi liar Gn. Bolo, maka menghitung dengan mata telanjang jumlah pengunjung non-lok adalah hal yang muskil, tapi bukan berarti tidak mungkin. Kalau kita beneran iseng mau tahu jumlah lelaki yang datang, cukup tengok saja berapa banyak motor yang terparkir di bedeng-bedeng parkiran. Atau lihat sebentar aktifitas petugas parkir. Nah, bila petugas parkir kelihatan sibuk, jelas sudah kalau non lok tersebut pada malam itu sedang dibanjiri pengunjung.

    Diterangi lampu bohlam yang berpencahayaan kurang, di area bawah yang terletak di samping pintu gerbang pemakaman Gn.Bolo memang terdapat 4 tempat parkir motor berupa bangunan bedeng berangkai bambu yang masing-masing bisa menampung sekitar 160-an motor. Dan bila Anda memang beneran ingin mengakurasi klaim Udin tentang jumlah pengunjung di Non-lok Gunung Bolo, tinggal kalikan saja. 160motor x 4 tempat parkiran.

    Dan Yup! Sebanyak itulah kapasitas tampung pengunjung lelakinya. Sebuah kompleks makam yang menjadi tempat prostitusi liar fenomenal yang saya temukan di Tulunagung dan membuat saya tercengang. ***

Post Title

Mari Bercinta…. Di Kuburan!* (catatan Gn.Bolo#1)


Post URL

http://gallerygirlss.blogspot.com/2008/07/mari-bercinta-di-kuburan-catatan.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls
Cpx24.com CPM Program

Popular Posts

My Blog List

Blog Archive

Total Pageviews