Powered by Blogger.

SUREALIS I, II & III

    SUREALIS I:

    Dia meneguk airnya. Kelegaan membayang di wajahnya. Kulit muka yang coklat, botol air warna pink, lampu berpendar kuning di sekitar orang-orang yang duduk lesehan di bawah banner poster Film 21 TIM. Di hadapan lelaki yang meneguk air, benar-benar tepat di depan batang hidungnya: air mineral terkemas dalam plastik. Gelas, botol. Aneka bentuk, lain ukuran.

    Tidakkah ini surealis?

    Penjual air menawarkan air meneral yang bagus untuk kesehatan orang, namun untuk dirinya, ia hanya mengkonsumsi air yang dimasak di atas sumbu kompornya. Enakkah rasanya?


    Apa?
    Kau bilang, tak ada yang salah bila penjual air mineral menengak minuman bukan air mineral?

    Yup!
    Tentu saja!
    Tak ada yang salah
    Hanya saja bagiku, ini seperti peristiwa SUREALIS I



    SUREALIS II

    Duduk seorang Ibu tua. Usia 55, mungkin. Kulit coklat. Baju biru. Rok hitam. Tanpa sendal dan sepatu. Seonggok karung warna coklat, tergeletak di samping kaki telanjangnya.

    Bukan!
    Bukan penderitaan atau kesan menyedihkan yang membuatnya tampak surealis di mataku.

    Matanya. Pipinya. Bibirnya.
    Mengapa bagian-bagian itu terlihat begitu meriah?

    Aku tahu tentu saja itu adalah haknya. Mengenakan riasan wajah yang berbanding terbalik dengan kondisi sosio-ekonominya.

    Kelopak mata berwarna biru menyala. Eye shadow yang menaungi lingkar matanya yang lelah tua. Pupur putih yang dibalur nyata. Gincu merah membalut pekat dua belah bibirnya. Dia duduk tepat di samping SUREALIS I, matanya merayap pada wajah-wajah di bawah banner poster film TIM21 yang berlampu kuning pijar.

    Ibu kau mau ke mana? Apa yang kau cari pada wajah-wajah pemuda-pemudi belia yang sibuk melahap dan bercakap entah tentang apa?

    Maafkan aku.
    Sama sekali tak bermaksud mengganggumu.
    Hanya saja, bagiku, kamu terasa seperti SUREALIS II



    SUREALIS III

    Mereka belia. Wajahnya ceria. Bajunya gaya.
    Kenapa mereka begitu seragam, di mataku?
    Kenapa melihatnya seperti melihat potongan-potongan baju yang dibuat massal di garment, disebar di mall-mall dan lantas dipakai beramai-ramai oleh orang-orang?

    Anak-anak IKJ...
    Ada apa dengan penampilan kalian?

    BIla ini terdengar usil, mungkin aku memang rada kurang kerjaan. Tapi kalian nggak pernah tahu kan? Sialan! Gaya dan penampilan kalian menggangguku. Kenapa kalian begitu seragam? semuanya terlihat modis dan seolah bergaya seniman gaul yang nggak ketinggalan jaman.

    Apakah di tiapkepala kalian, kalian merasa kalian berbeda? Ataukah justru aku salah? mungkinkah yang terjadi adalah sebaliknya? Kalian merasa bahwa kalian sama dan karena itulah kalian harus bergaya begitu bila ingin diakui sebagai anak IKJ? Kenapa kalian bagiku terlihat seperti kue good time yang sama rasa sama kemasan sama warna?

    Tapi tenang, wahai para muda belia yang bergaya sama. Tenanglah! Jauh sebelum ini, Herbet Marcuse sang filsuf Jerman telah menganalisa itu. Dalam buku-nya One Dimentional Man, yang terbit tahun 1968. Ya... akhir 60'an. Marcuse telah meramalkan masa kita ini. Di mana manusia menjadi sama, seragam, tak beda.

    Oke, kalau kalian ingin berargumen. Berargumenlah! Buat retorika. Berkilahlah dibalik serangan globalisasi. Atau silahkan bilang saja kalau semua itu hanya konsekuensi-konsekuensi dari jaman yang menuntut demikian.

    Tapi Sesungguhnya....

    Ah sudahlah...
    Maaf untuk kalian yang duduk-duduk malam itu di bawah banner poster film TIM 21 yang berlampu kuning pijar. Bagiku, kalian terasa seperti SUREALIS III

Post Title

SUREALIS I, II & III


Post URL

http://gallerygirlss.blogspot.com/2006/08/surealis-i-ii-iii.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls
Cpx24.com CPM Program

Popular Posts

My Blog List

Blog Archive

Total Pageviews