BlogItemURL> www.ucuagustinprosa.blogspot.com
Jangan percaya padaku,
sebab aku menderu
memburu
tak tertandingi waktu
Akulah yang meliukkan seribu pohonan,
memporandakan kluster-kluster bintang
menumbangkan benih yang baru berkecambah
Aku berjalan lebih cepat dari lari kereta
Aku makan lebih banyak dari titan yang diungsikan ke alam kegelapan
Aku menyerap batu
Aku menghembus Asap
Aku melebar tanpa kelihatan
Aku menyepoi membelai rambut perawan
Menidurkannya dalam lelap dan membangunkannya dengan tamparan
Jelaga malam retak ketika aku tanpa permisi datang menghentak
Lautan gemuruh, padahal aku hanya melambai
Dan ikan saling menuduh, mereka bilang,
cepat lari, sebentar lagi ada badai!
Namun Engkau Api
Ketika kuhembus engkau semakin besar
saat ku biarkan engkau mengecil sendirian
Karena Engkau Api,
Menyala saat terang
gemerlapan ketika malam
Tapi Engkau akan selalu sendirian.
Namun engkau api
Selesap asap semerona bara
Sekerlip kena sekulit luka
Namun saat menyesap, hangat kau gurat
Seumpama korek,
kau bahkan mau berada di ujungnya,
memercik cahaya pada pentulnya
Kaulah kobar paradoks untuk kehidupan,
Energi netral yang mampu meliuk positif atau tertahan menjelma
kejahatan.
Akulah Angin Engkaulah Api
Maka kita bisa saja berpelukan
25 oktober, 2002
sore hari menjelang petang
Jangan percaya padaku,
sebab aku menderu
memburu
tak tertandingi waktu
Akulah yang meliukkan seribu pohonan,
memporandakan kluster-kluster bintang
menumbangkan benih yang baru berkecambah
Aku berjalan lebih cepat dari lari kereta
Aku makan lebih banyak dari titan yang diungsikan ke alam kegelapan
Aku menyerap batu
Aku menghembus Asap
Aku melebar tanpa kelihatan
Aku menyepoi membelai rambut perawan
Menidurkannya dalam lelap dan membangunkannya dengan tamparan
Jelaga malam retak ketika aku tanpa permisi datang menghentak
Lautan gemuruh, padahal aku hanya melambai
Dan ikan saling menuduh, mereka bilang,
cepat lari, sebentar lagi ada badai!
Namun Engkau Api
Ketika kuhembus engkau semakin besar
saat ku biarkan engkau mengecil sendirian
Karena Engkau Api,
Menyala saat terang
gemerlapan ketika malam
Tapi Engkau akan selalu sendirian.
Namun engkau api
Selesap asap semerona bara
Sekerlip kena sekulit luka
Namun saat menyesap, hangat kau gurat
Seumpama korek,
kau bahkan mau berada di ujungnya,
memercik cahaya pada pentulnya
Kaulah kobar paradoks untuk kehidupan,
Energi netral yang mampu meliuk positif atau tertahan menjelma
kejahatan.
Akulah Angin Engkaulah Api
Maka kita bisa saja berpelukan
25 oktober, 2002
sore hari menjelang petang
Post Title
→Akulah Angin Engkaulah Api
Post URL
→https://gallerygirlss.blogspot.com/2004/09/akulah-angin-engkaulah-api.html
Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls