Saya butuh tali.
Buat apa?
Untuk mengekang tangan saya supaya nggak lagi menulis pesan pendek untuknya
Bisakah ambilkan saya gunting?
Mau diapain?
Supaya bisa saya putuskan rantai tak terlihat yang bikin pikiran saya mengarah selalu dan tertuju padanya.
Ada apa dengan pikiranmu?
Salahkah bila ia terarah padanya?
Ck, sudahlah!
Berisik banget siyh!
Saya benci untuk bilang iya.
Dan jangan tanya lagi apa-apa.
Karena saya juga benci untuk mikirin kalau saat ini mungkin saja saya lagi mikir kalau saya emang lagi jatuh cinta padanya.
Benarkah saya mikir kalau saya lagi jatuh cinta?
Sungguhkah? Sejak kapan?
Hey! Kenapa nggak bilang-bilang?
Kali ini semua mungkin memang harus hanya terjadi dalam kotak. Perasaan gelap. Sepekat buah plum hitam matang yang kelam sampai ke kulit dagingnya. Saya benci perasaan jatuh cinta kayak gini. Karena harusnya, jatuh cinta itu ceria.
Tapi kenapa tidak?
Karena kata Seno Gumira Ajidarma di salah satu essei-nya, “affair selalu mengarah ke jalan buntu”.
Whatt??!!!
An affair?!
Siapa?
Siapa?
Tidak, tidak. Cuma perasaan saya saja. maklum saya doyan ngarang. Dan saya pikir kadang ini semacam affair terlarang. Kadang keren kalau memikirkannya, tapi sumpah mampus nggak enak banget kalau terjerat di dalamnya.
Tapi ini bukan affair kok sesungguhnya. Dia nggak pernah melihatnya demikian, seengaknya. Dia. Si anak lelaki itu. Cuma ada beberapa pertemuan. Cuma ada cewek kecil yang dicium sembarang. Cuma ada anak laki yang terlarang. Dan setelah beberapa encounter, si cewek kecil menganggap si anak laki adalah salah satu soulmate-nya. Dia begitu senang padanya. Pengen setiap hari menghabiskan waktu dengannya. Setelah sekian tahun hilang, zat-zat kimia dalam tubuhnya menyala kembali saat si anak laki nakal ini datang. Ajaib benar. Pikiran cewek kecil mengembara liar. Imajinasi-imajinasi bertumbuhan. Semak-semak dalam pikirannya membiak. Memekarkan banyak khayal yang kadang bikin dia produktif, kadang bikin dia destrukstif. Semacam delusi berkeliaran suka-suka dalam kepalanya. Membuat benaknya bilang bahwa si cewek kecil bandel akan senang banget kalau selalu bisa bareng-bareng dengan si anak laki nakal yang doyan cium cium sembarang. Anak laki yang mungkin nggak mikir kalau di bibir setiap cewek yang dia goda, ada putik ambrosia. Nectar yang disamarkan para dewa di antara lembab bibir yang kekal dengan mukjizat. Nggak boleh sembarang disesap.
Nakal.
Nakal.
Kalian anak laki nakal dan anak cewek bandel yang terlalu senang mengkhayal. Ceria sendiri. Ketawa sendiri. Nangis sendiri. Pura-pura lupa dengan dunia riil dan belaga kalau hidup cuma numpang main ketapel dan ngejar layang-layang. Tapi lantas bingung saat si anak laki nuduh dan ngatain kalau si cewek kecill sesungguhnya udah jatuh cinta sama dia yang dengan cepat ditimpali kalimat “jangan”. Anak cewek nggak boleh begitu. Si anak laki terlarang itu bilang, anak cewek jangan jatuh cinta sembarangan.
Tentu saja si anak cewek menolak tuduhan anak laki sok tahu yang untuk bikin puisi aja dia nggak becus. Kata-kata si anak laki nggak bagus. Anak laki yang nggak punya imajinasi tapi udah berani mencuri cium dari bibirnya. Anak laki yang sembrono dengan rayuan dan kemauan bebasnya. Anak laki yang pergi-pergi, terbang-terbang, nggak bisa dipegang, mrucut kayak belut saat jemari si anak cewek hendak menggenggamnya. Anak laki lucu yang manis dan bikin anak cewek kecil itu kerap terharu serta gemas setiap kali memandangnya. Anak laki yang terperangkap dalam tubuh seorang dewasa yang sok gentle. Anak laki yang masih doyan main-main dan hampir semua mainan yang disukainya, juga disukai si anak cewek kecil bandel yang emang doyan banget lihat-lihat dunia baru. Menatap segala sudutnya. Melirik ke semua arahnya. Anak cewek kecil yang saat ini tiba-tiba saja minta tali dan gunting.
Saya butuh tali.
Ucap si anak cewek kecil sore tadi
Buat apa?
Tanya seorang rasional yang bermukim di kepala si cewek kecil
Untuk mengekang tangan saya supaya nggak lagi menulis pesan pendek untuknya
Bisakah ambilkan saya gunting?
Ucap si anak cewek kecil
Mau diapain?
Lagi-lagi seseorang yang telah lama tinggal dalam kotak rasio di kepala si cewek kecil mengerutkan kening.
Supaya bisa saya putuskan rantai tak terlihat yang bikin pikiran saya selalu tertuju dan mengarah padanya.
Sore ini, si cewek kecil memang sedang benci berpikir kalau mungkin saja pikirannya tengah berpikir tentang ia yang lagi jatuhcinta sama si anak laki nakal yang doyannya cium-cium sembarang lantas pergi-pergi dan terbang-terbang…
Ya, Sejak dia mulai menghapus nama si anak laki nakal dari phonebooknya beberapa waktu lalu tapi terus mencarinya kembali seperti orang tak waras dan bahkan menulis lebih banyak lagi pesan pendek untuk si anak laki kecil nakal yang disukainya, pikiran itu mulai berkelindan. Jalan-jalan di benak si cewek kecil seperti kuda-kuda yang berkelana di padang savanna. Kuda-kuda pikiran yang diam-diam membisikkan kalimat curiga “ehhhmm.. mungkin tuduhan si anak laki nakal, benar. Tidakkah kau sedang jatuh cinta, ya?”
Si anak cewek kecil penuh gengsi itu bersungut dan tentu saja bilang tidak. “dasar kuda savana, binal!” gerutunya tak senang.
Anak cewek kecil berpikir, jatuh cinta nggak ada guna. Cuma akan bikin dia menderita. Dan si anak laki nakal pasti akan benci dia seandainya tahu kalau si cewek kecil beneran udah jatuh cinta sama dia.
Cinta cuma mampu bikin tali-tali kekang jiwa. Ucap si anak laki suatu sore. Sore yang tak akan dilupakan si anak cewek kecil yang saat itu lagi seneng-senengnya sama si anak laki nakal terlarang. Anak laki yang matanya kayak jenghis khan, yang tangannya panjang-panjang, yang senyumnya kayak es limun yang bikin segar.
Dan sore ini, si cewek kecil mendengar kembali pantulan suara si anak laki nakal di ujung senja rapuh tersebut. “jangan jatuh cinta, ya…” ucap si anak laki nakal sambil memcium lembut bibir cewek kecil bandel dan membuat keduanya lama berpagutan dalam diam. Angin seolah mangkir dan lupa menerbangkan layang-layang. Layang-layang milik anak cewek kecil yang sore itu duduk menghadap langit yang mulai mengelam.
Anak cewek kecil yang sore itu tenggelam dalam pikiran sambil setengah mati menbenci ide tentang dia sedang yang sedang jatuh cinta, meski entah pada apa…****
_____________________________
*untuk si Eter bandel yang doyannya terbang-terbang. saya nggak perduli andai kamu bohong atau apapun. Saya cuma suka kamu dengan segala layer dan segala embel-embel sialannya, kau tahu?
Post Title
→how I hate to love the thinking that I think I’m in love…
Post URL
→https://gallerygirlss.blogspot.com/2009/05/how-i-hate-to-love-thinking-that-i.html
Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls