Powered by Blogger.

Demokrasi & Happy Go Lucky...


    Saya selalu senang kalau ada teman yang lagi bahagia. Dan tentu, kesenangan itu jadi double kalau teman-teman saya yang lagi bahagia tersebut, ternyata selain keren (semua teman saya keren, meskipun kata orang lain dia nggak keren sekalipun) juga bikin ‘sesuatu’ yang keren dan ada manfaatnya. Sesuatu atau sebuah pemikiran yang ada gunanya lah buat keberlangsungan umat manusia serta keberlanjutan keberagaman hayati di republik yang terletak di salah satu spot di planet segede uprit yang melayang di tengah jagat galaksi gede yang katanya akan hancur pada akhir 2012 ini. Hihihi. (Jangan dulu kiamat dungsss! saya masih jomblo neh… ) *Halah. Ahahaha. Apaan seeeeeeeeh??! Udah kalimatnya berantakan dan panjang-panjang, curhat colongan, lagi. Hihi*

    Ya, gitu deh.

    Jadi ceritanya, semalam ada dua teman yang lagi berbahagia. Dan kami dengan brutal dan bahagia pula menjadi groupie mereka. Mas Goen atau pak GM si wartawan senior dan oknum budaya yang terkenal itu, dan Ihsan Ali fauzi atau yang kerap aku sama Nong sapa dengan K’Ichank yang kreatif banget dan kebetulan menjadi pengelola di Yayasan wakaf Paramadina.

    Nah, mereka inilah dua oknum kapiran dibalik pembuatan buku ‘DEMOKRASI dan KEKECEWAAN’, buku yang ngomongin tentang kekecewaan-kekecewaan Mas Goen (yang sebenarnya juga merupakan kekecewaan banyak pihak) terhadap demokrasi yang terjadi dan berlangsung di republik ini.

    Ditunjang teori-teori demokrasi dari beberapa filsuf seperti Lalclau dan Mouffe, atau Alain Badio dan beberapa nama filsuf yang baru saya dengar, saya pikir buku ini menarik. Setidaknya kalau berminat dan tergerak hati buat nguliknya. Tapi Kalau nggak tertarik karena memang rada sulit juga ngikutin filsafat demokrasi yang asing dan dikutip Mas Goen di sana-sini dalam buku ini, ya nggak apa-apa juga, siyh.

    Tenang aja… ini Negara bebas, bung! Dan dalam demokrasi yang sebagaimana dikatakan filsuf Ranciere ‘selalu menghasilkan ketegangan antara La Police dan La Politique yang membuat sebuah tubuh sosial akan bergerak hingga tak mandeg’, ya sah-sah saja kalau kita cuma mau happy go lucky aja dalam menjalani kehidupan demokrasi di sini.

    Saya tahu siyh, Mas Goen bukan Abaraham Van Helsing si pemburu Vampir atau Blade si prajurit bersenjata dari seri komik marvel THE TOMB of DRACULA yang kemana-mana selalu membawa satu set pisau kayu dan memiliki tujuan hidup untuk membunuh si Vampir Frost yang telah membunuh Ibunya. Ya, ya… kalau iya Mas Goen adalah Van Helsing atau Blade yang menyamar di tanah Indonesia sini, itu pasti akan keren banget, tapi kalaupun nggak… dia masih tetep keren juga kok, menurut saya mah.

    Maksud saya begini…, dalam DEMOKRASI dan KEKECEWAAN, jelas Mas Goen dengan tegas menyatakan kecewaannya karena ternyata demokrasi sebagai sistem yang harusnya memiliki remnya sendiri, tak mampu melakukan tindakan ‘mengontrol’ atau me-rem ketika sistem telah berubah menjadi buruk.

    PEMILU adalah salah satu hal yang menjadi kegundahannya. Tiap terjadi proses pemungutan suara, menurutnya, sistem dan kebanyakan orang terkurung dalam “kurva lonceng”: sebagian besar tidak menghendaki perubahan ‘ekstreem’, hingga ada semacam tendensi bersama untuk tak memilih hal yang mengguncang-guncang. Dan konsensus seperti itulah yang membuat si mas Goen ini menelan ludah. Demokrasi, bahkan yang liberal sekalipun, ternyata di dalamnya masih mentolerir bentuk konsensus yang seperti itu: tak memberi peluang untuk sebuah perubahan yang berani. Padahal jelas, keberanian amat dibutuhkan ketika sistem sudah rusak dan harus dijebol.

    Setelah 10 tahun reformasi, ternyata kekecewaanlah yang diberikankan oleh demokrasi yang dulu juga dengan giat si Mas Goen seret ke dalam sistem dan coba terus dia kawal. Dan inilah yang saya maksud dengan si Mas Goen ini keren… meski ia bukan Van Helsing dan Blade, meski ia kecewa terhadap si demokrasi yang dulu dia sayang-sayang itu, tapi ia juga bilang, “Haruskah kita menghancurkan demokrasi hanya karena menganggap semata-mata ia adalah format dan dan bukan sebagai sebuah pergulatan?”. Ahaaaaaaaayyyy… sudah dikecewakan tapi tetap berusaha setia. Hihihi. Hebat juga.

    And di akhir buku, dengan perasaan kecewa yang dinikmatinya (saya curiga, Mas Goen ini orangnya masochist), Mas Goen mengajak semua pihak yang masih percaya akan adanya kebaikan yang masih bisa digali dari demokrasi untuk selalu bersetia pada jalan itu: jalan sunyi yang nggak gampang. Jalan yang harus terus dirintis dan tiap hari harus terus dikampanyekan: jalan untuk mengembalikan lagi politik sebagai alat perjuangan.

    Sekorup dan sekelam apapun ‘kejadian’, di sana selalu ada harapan, begitu tandas dia. Dan mengutip filsuf cina Lu Xun (tahu deh bener apa nggak niyh ejaannya), Mas Goen pun bilang, “Harapan itu adalah seperti jalan setapak di hutan. Awalnya nggak ada, tapi seseorang membuatnya. Yang lain kemudian turut melewatinya. Lama-lama ia ada. Menjadi jalan yang banyak dilalui orang.”

    Huhuhuhuhu, mau dungs… harapan. Ahahaha.

    N by the hey, saya nggak tahu salah atau benerkah pemahaman saya tentang intisari buku yang didiskusikan semalam. Agak ngeri juga siyh, udah sok berpanjang-panjang, eh nggak tahunya salah. Halah.

    Saya ngerti siyh kalau pintar itu relatif dan bodoh itu absolut, tapi… kalaupun saya salah, biarin aja deh … yang penting kan proses, katanya. Dan yang lebih penting lagi, percaya bahwa selalu ada kebaikan dalam setiap proses. hihihi. (ceritanya upaya menghibur diri niy).

    Secara juga saya mah, di alam demokrasi ini cuma mau happy go lucky aja kok. Cuma mau nyampah dan bego-begoan nggak penting ma teman-teman saya aja. Karena terlepas dari cerdas atau bodoh, terlepas dari kreatif atau nyampah, yang paling penting bagi saya dan teman-teman cuma situasi dan suasana yang kondusif. Supaya teman-teman saya yang keren-keren bisa terus berpikir, supaya teman saya yang pinter-pinter bisa terus bikin karya dan nggak putus-putusnya nyumbang atau ngasih kontrobusi buat proses ‘pemanusiaaan’.

    Halah! Kok jadi berakhir dengan sok penting kayak gini seeeeeeeeeeeeeh tulisannya? padahal maksutnya ini cuma review sekilas atas kejadian semalam. dimana saya cuma menjadi salah satu groupie dari mas goen dan k 'ichank. whuaaaaaaaaa....


    Eniwe, sakses ya untuk bukunya.

    HALELUYAH!

Post Title

Demokrasi & Happy Go Lucky...


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2009/05/demokrasi-happy-go-lucky.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls
Cpx24.com CPM Program

Popular Posts

My Blog List

Blog Archive

Total Pageviews