Powered by Blogger.

Cecil

    Sup babi kacang merah. Dua gelas teh panas. Pagi baru menyembul di luar jendela. Cabe-bawang ala Dabu dimasukkan. Kepedesan. Kutuang aqua dingin yang baru saja ditarik Cecil dari ice box. Kita ngikik sedikit. obrolan mengalir. Kacang merahku habis, kuahnya masih menggenang. Daging babinya kuberikan ke mangkuk Cecil. Dan perempuan mungil itu menyantapnya. Menyisakan sarapannya sedikit. Kami meneguk teh tawar hangat. Sarapan selesai.

    Dapur itu berantakan. Tumpukan piring kotor yang beberapa di antaranya telah berjamur tergelatak tak beraturan. Menjadi kombinasi yang meriuhkan pemandangan. Gelas kosong dengan sisa kopi yang mengerak. Straw, penyedot minuman yang entah habis digunakan setelah menyeruput apa. Pisau dapur. Beberapa pan snack dari keramik. Aroma tak sedap yang menguar dari bau sisa makanan yang lama tak dibuang.

    "Ku bantu deh."

    Dan kami mulai bekerja.

    Rasanya mungkin seperti ini menjadi keluarga. Itu yang dulu kerap aku dan Idaman katakan kalau mencuci piring bersama. Salah satu dari kami membilas. Yang lainnya menggosok. Mengeringkan cucian dan memasukkannya ke dalam rak. Dan pagi ini Aku dan Cecil kembali melakukannya.

    Bau busuk itu agak mengganggu. Berkali kulihat Cecil mengerinyutkan hidungnya yang kecil. Jorok! untung nggak ada belatung.

    "Dari sejak gue pergi ke jogja, kali nih nggak dicuci."
    Dan Ia pun membuang kotoran yang menempel di tabung saring wastafel tempat cuci piring.
    "Baunya kayak obat pengeriting ya?"

    Dan Cecil tertawa.
    "Ha ha ha, Iya bow! Bisa keriting rambut nih kita!"

    "Gue pikir cuma gue doang yang ngerasa gitu, nggak tahunya lo juga, Ha ha ha."
    Dan kami tertawa lagi.

    Rasanya menyenangkan bisa tertawa di pagi hari. Rasanya menyenangkan memiliki teman berbagi ketika usia hari masih bayi.

    "Mungkin Cil, obat pengeriting rambut itu terbuat dari aneka kebusukan. Hal-hal yang sudah bau. Kayak kotoran ini."

    "Dikumpulkan dalam suatu pabrik. Dimampatkan. Dimasukkan dalam botol. Dikemas. Didistribusikan ke salon-salon. Dan bahkan ketika rambut diolesi krim tersebut oleh para bencong, ia pun bisa menjadi curly saking eneknya. Garing bow!. Gue kok dilumuri hal yang bau dan kotor kayak gini yah? Begitu kali, kata rambut."


    Dan kami tertawa lagi.

    Sambil terus menggosok piring dengan cairan pembersih, Cecil bicara tentang hal yang membuatku pura-pura nggak dengar tapi sebenarnya cukup menghentak. Mungkin karena hal itu membuaku merasa tersanjung. Mungkin karena hal itu justru membuatku berpikir, benarkah yang dikatakannya?

    "Bener kata Idaman, Ucu itu indah."
    Dan aku hanya diam saja. Really? Tapi mengapa begitu banyak hal-hal kotor dalam diri gue? Kemarahan. Egoisme. Sedih tak berujung. Sampah kata. Bahkan aku tak mampu memelihara hubungan. Terasing. Kesepian. Dan semuanya bukan tanpa alasan. You vote, You decided! Begitu kata anak MTV. Gue sendiri yang memilih, gue sendiri yang memutuskan demikian.

    Ah Cecil...

    Kamu tak tahu, tadi pagi jam 06.30 aku mengirim pesan pendek ke seorang teman. Membuat laporan untuk hatinya yang juga tengah rapuh.

    Pagi. Tidur dan berbagi bersama teman, rasanya nyaman. Semalaman kami mengobrol dan dia masih mendengkur lembut di sampingku, niy. Cecil juga punya masalah baru. Dia belum bisa pulang sepenuhnya dari Yogya. Masih ada yang tertinggal di sana. Tapi hope everything gonna be alright. Untuk Kamu, aku, Cecil dan semua orang di dunia yang memiliki masalah emosi. Take care teman tersayangku.

    Dan Cecil,
    Aku memang beruntung bisa memiliki malam tadi. Melihat pipimu merona merah saat kamu membicarakan dia. Bicara tentang kita yang selalu tampak ingin tegar tapi sesungguhnya serapuh gelas kristal. Benci sekaligus suka pada sikap kita. Dan mengomentari orang-orang yang tak bisa terbaca yang ternyata kita takuti.

    "Orang-orang yang tak pernah memperlihatkan gejala-gejala. Mereka yang tak mampu memberitahu keluar signal-signal yang mereka rasakan. Entah memang karena orangnya begitu atau karena justru ia sengaja berpolitik dengan cara begitu. Itu benar-benar orang yang menakutkan ya Cu!"

    "Yo'i! Tiba-tiba mereka ngamuk, aja! Atau tiba-tiba mereka bunuh diri, aja! Hiiiy... Meski kadang suka nggak suka sama kita yang kayak gini, ini. Ekstrovert dan ekspresif. Tapi Kadang gue bersyukur Cil, kita masih bisa memperlihatkan emosi yang kita punya. Meski juga suka sebel karena hal itu sering bikin kita jadi orang gegabah dan membuat orang lain jadi bisa cepet baca kita,"
    Dan kita mengangguk-angguk.


    Cecil, Apakah kau merasakannya?


    Rasanya tabungan masalah kita semakin bertambah. Dan perjumpaan adalah cara kita mencairkannya. Tak harus dipaksa. Kalau Cecil lagi nyaman dan sedang doyan naracap sama sang pacar, misalnya. Aku tak mau mengganggu. Kalau aku lagi ada urusan dan tak sempat mengurusinya atau lama tak bisa kontak, Cecil juga mengerti. Toh kalau ada masalah, dia pasti akan mencariku. Seperti Dmitri, seperti Paul, seperti Ade, seperti beberapa orang lainnya. Seperti Jo, seperti Odie, seperti orang-orang yang biasa berbagi denganku. Dan aku pun begitu. Aku akan mencari Cecil. Akan mencari mereka para argonoutsku, bila aku butuh obat. Butuh penenang.


    Mereka memberiku rasa aman. Dan bahkan setelah ikan di laut telah terkuras. Para argounouts ini, masih sudi menemaniku berlayar. Mengarungi kerontang. Menjadi penawar kesepian.Freee!!! Tanpa bayar ;P


    Semalam aku bicara hal ini pada pada Cecil.

    Mungkin yang kuhadapi ini masalah orang paruh baya, kali ya. Masalah perempuan yang akan memasuki usia kepala tiga.

    Tapi sebenarnya tidak. bukan itu masalahnya (Dan memang telah kita telah berkali membahasnya). Ini bukan masalah orang berkepala tiga, berkepala harimau atau berkepala rusa. Tidak. Masalah ini, Cecil, seperti yang telah kita bahas bersama adalah: masalah keterasingan dan kesepian. Adalah masalah dari resiko menjadi manusia.

    Jangan kita bilang tak pernah memilih jadi manusia. Rasanya ucapan itu hanya semacam usaha mencari-cari siapa yang salah. Sungguh bukan pemecahan dari suatu masalah.

    Sekarang Cari saja jalan atau cara keluar ketika kita telah jadi manusia dan tiba-tiba masalah yang abadi yang hampir dimiliki setiap manusia menghadang: kesepian, keterasingan, cinta, kesedihan, kematian, kebahagiaan, pilihan-pilihan di persimpang, kegembiraan.

    Ah, Cu. Yakinkah kamu bahwa hal-hal yang membawa kesenangan juga adalah masalah?

    Bagiku ya. Karena kebahagiaan bukan anugerah. Ada hal yang telah kita korbankan sebelum akhirnya kita mencerap bahagia. Atau ada yang harus kita bayar, yang diam-diam mulai bekerja menagih, pada senyum pertama saat kebahagiaan rekah di bibir kita. Bersiaplah! Karena bahkan sependek-pendek kebahagiaan ada harganya...

    Tapi Cecil,
    Aku senang kita bisa memiliki waktu, tadi malam.
    Kamu salah satu obat penawarku. Bahkan setelah kemarin kutelan pil kejujuran yang rasanya pahit dan berakibat pada kehilangan. Sisa pahitnya masih bisa kurasakan sampai sekarang...

    Cecil,
    Doakan semoga aku sehat ya. (Aku berdoa hal yang sama untukmu dan semua argonouts-ku)


    Karena seperti cerita yang kau baca di taksi tadi pagi.
    Aku cuma mau berusaha sembuh.
    Tidak harus sehat, tapi cukup sedikit sembuh saja.


    Penyakit ini begitu banyak, sayangku...
    Kadang aku tak punya cukup obat pain killer untuk sekedar bisa menghilangkan sakitnya meski dalam waktu sementara. Aku tak punya cukup obat...

    Cintaku untuk para Argounouts...)meski aku bukan Jason)

Post Title

Cecil


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/09/cecil.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls

Jangan Bersedih.../ Menuju Titik Hitam

    Jika segalanya telah kau coba namun tak juga berhasil.
    Saat semua yang kau maui kau dapatkan tapi ternyata bukan itu yang kau butuhkan. Ketika kau merasa lelah namun tak kunjung mampu tidur, dan terus berulang begitu-begitu saja

    Dan airmata mengalir di wajahmu saat kau kehilangan sesuatu yang tak tergantikan
    Atau saat kau mencintai seseorang tapi ternyata cuma membuang waktu semata dan itu pasti terasa menyakitkan

    Jangan sedih…
    Terang akan membimbingmu pulang
    Nyalakan hatimu
    Dan cobalah perbaiki semua.

    Saat kau terlalu sayang untuk melepasnya
    Tapi kau tahu bila tak kau coba, kau takkan pernah tahu
    Lakukan saja yang menurutmu seharusnya

    Jangan sedih…
    Terang akan membimbingmu pulang
    Nyalakan hatimu
    Dan cobalah perbaiki semua.
    Lantas berjanjilah
    Bahwa kau akan belajar dari celah-celah kesalahan

    Jangan bersedih




    Sangat berat memutus sesuatu dengan yang pernah begitu dekat.
    Sejauh ini membohongi orang mungkin aku mampu, tapi memnbohongi diri sendiri rasanya bikin mau mampus.
    Maka jujur menjadi obat, supaya aku tidak mati cepat.

    Tadi pagi kutelan pil kejujuran.
    Kuungkapkan pada mereka apa yang kurasakan.
    Tapi bahkan sampai menjelang malam, rasa pahitnya masih terasa di tenggorokan.
    Entah kapan akan menghilang.

    Maafkan,
    Guruku Obiwan
    Penasehatku Anakin Skywalker
    Dan aku cuma pengikut The Jediways.
    Aku hanya mencoba menyelamatkan galaksiku dari tubrukan-tubrukan yang menghancurkan.
    Atau mungkin, sebenarnya memang kau tak layak diperjuangkan

    Aku dalam perjalanan menuju pusar titik hitam.

Post Title

Jangan Bersedih.../ Menuju Titik Hitam


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/09/jangan-bersedih-menuju-titik-hitam.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls

Hidup Itu Menyedihkan dan Serius...

    HIdup itu memang menyedihkan dan serius...
    Kita dibiarkan memasuki dunia yang indah. Kita bertemu satu sama lain di bumi, saling menyapa dan berkelana. Bersama untuk sejenak, lalu kita saling kehilangan dan lenyap dengan cara yang sama mendadaknya dan sama tak masuk akalnya seperti ketika kita datang...


    Kota tiada, dibangun, berkembang. Dari kosong menjadi sesak. Inflasi terjadi. Kehidupan bergerak. Teknologi baru ditemukan. Manusia terus mencari. Kota ramai menjadi sepi. Mati. Lantas kota menjadi kosong kembali. Tiada...

    Kekasih bertemu di sebuah tikungan. Pagi segar dan semua menjadi indah. Hari penuh warna. BUlan lewat tanpa terasa. Keindahan terabadikan dalam genggaman tangan, ciuman-ciuman yang panjang, tatapan mata penuh mesra. Tahun datang, senyum masih menghias bibir. Tahun berganti dan pertengkaran dimulai. Hari-hari indah lewat. Masa bagus terganti. Pertemuan menjadi hal yang dihindari. Pertengkaran pecah saat kalimat pertama terucap dengan intonasi suara tinggi. Tangis tumpah dan hati mencari pengisi yang lain. Lalu angin barat warna merah jambu berhembus bersama datangnya kekasih baru. Hati yang kosong dan panas menjadi sejuk dan semi. Cinta berganti. Kenangan lama jadi tak berarti. Cinta baru muncul seperti benih yang yang menyembul di antara kilau cahaya yang menyiram pagi...

    Teman datang. Ditemukan. Lalu bertambah. Lantas berkurang. Membentuk lingkaran. Mengecil kadang melebar. Jalan-jalan yang dilalui bersama. Sampah percakapan yang ditumpuk di tempat-tempat kongkow. Tawa dan sedih yang bercampur dengan uap pagi. Pelukan-pelukan hangat dalam dekapan yang tak dingin. Mata yang berbinar. Tangis yang tumpah dan cerita hati yang meluncur untuk didengarkan dan lantas dihibur. Perselisihan kecil. Teman yang terlerai dan pergi. Teman yang kita pilih dan kita minta untuk tetap tinggal. Dan kau kemudian tahu, siapa yang selalu ada untukmu. Sahabat terpilih berdasarkan seleksi alam. Dan akhirnya kau tahu siapa saja yang tetap "stay" bukan hanya pada waktu pasangmu tapi juga tetap ada saat masa surut menimpa atasmu...

    Bayi-bayi lahir
    manusia-manusia mati

    Anak menjadi remaja
    orangtua menjadi kanak kembali

    Perang, kecelakaan, penyakit, teror, bom bunuh diri, kematian...
    Pernikahan, pergantian raja dan presiden, kemenangan revolusi, penemuan-penemuan baru, pergantian tahun yang meriah, kebebasan yang dirayakan...

    Lalu kita menjadi bahagia dan lelah. Merasa beruntung dan sial. Sedih dan tersenyum. Bermimpi dan terbangun. Berciuman dan meledak penuh marah. Sakit dan menjadi bijak. Menutup kelopak mata dan kemudian melihat senyum terakhir anak kita untuk kemudian tak lagi melihat mereka selama-lamanya. Tak lagi melihat dunia tempat meusim berganti dan segala hal terus bertumbuh. Dalam kebaikan. Dalam Kebusukan.

    Hidup itu memang menyedihkan dan serius...

Post Title

Hidup Itu Menyedihkan dan Serius...


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/08/hidup-itu-menyedihkan-dan-serius.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls

Begitu Banyak Cerita, Begitu Sedikit Waktu

    Karena waktuku sedikit dan ceritaku begitu banyak, maka cerita ini dimulai saja dengan pernyataan lucu seorang adik kelas, semalam....


    1. Lelaki Muda Yang Mengajakku Kawin


    Dia manis. Tingkahnya lucu. Adik seorang teman. Adik kelasku juga. Lama kami tak bertemu. Karena Jaringan Islam Liberal akan diserang oleh FPI kemarin, maka kami bertemu lagi secara tak sengaja di Teater Utan Kayu.

    Namanya Agus. Senyumnya selalu muncul. Dan aku telah terbiasa membelai rambutnya. teman main sejak masih di kuliah. Berkali menyatakan suka secara bercanda (dan dia memang jago bercanda) Tapi dia mengajakku kawin, semalam...

    Kawin?

    menikah serius, cu! Agus nggak mau kawin doang, sama Ucu!


    Dan semua yang ada di meja kami tergelak. Ah Agus. Tentu saja aku mengusap kepalanya.
    Nggak becanda Cu! Jangan dikatawain dong! Sekali-kali kalau Agus ngomong tanggagpin dengan benar dong!
    Tapi dia juga terkekeh.

    Dan lantas aku mendengarkan saja semua rayu kibul dan angan-angannya bila kelak aku dan dia--kami, benar-benar menikah suatu saat.

    Dia bilang; Kita akan berkebun. Kita pergi yang jauh dari Jakarta. Ucu menulis saja, saya menyediakan fasilitasnya. Internet, dll.

    Tapi kubilang: aku di jakarta saja. bukan tipe penulis yang mengail ide dari kesenyapan atau hamparan kebun serta suara kodok sawah. Aku penulis yang butuh konflik dan suasan hec tic. Sesekali depress. Bejedukan di diskotik juga perlu. Ketawa-ketiwi nyampah di mall juga butuh. meski memang, setelahnya, yang dibutuhkan cuma waktu yang banyak dan ruang yang lapang untuk mengendapkan pikiran dan lantas menuangkannya dalam bentuk teks.

    Dan Agus manggut-manggut. Iya juga yah, katanya. He he he...

    Jadi kita sepakat untuk menikah tapi tinggal terpisah. punya anak dan aku cuma menulis saja. Eit.... eit... tunggu dulu. Tentu saja itu semua cuma angan bualan yang dijadikan bahan tertawaan. Karena nggak mungkin banget. Tapi agus ngotot.
    dan ketika kubilang, ya udah, gini ajah... kalau usiaku sudah habis 30 tahun dan aku belum menemukan siapa-siapa, nah, waktu itulah saat yang tepat untukmenikah. bagaimana?

    Dan Agus cemberut. Katanya, dia tak mau jadi alternatif terakhir.

    He he he...
    Ah, lelaki muda yang mengajakku kawin ternyata memang cuma main-main. Dan aku sendiri? Kawin... Hhhmm... rasanya kok jauh ya kalimat itu dari saya.


    Aku hanya ingin punya anak!

Post Title

Begitu Banyak Cerita, Begitu Sedikit Waktu


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/08/begitu-banyak-cerita-begitu-sedikit.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls

Mengapa Menulis CerPen?

    Seorang teman dari sriti.com, sebuah situs sastra korancyber mewawancarai saya secara tertulis. Rasanya lucu juga membaginya di sini...

    1)Mengapa Ucu menulis cerpen?

    Awalnya mungkin tidak mau membedakan antara yang cerita pendek atau yang cerita panjang. Karena pada prinsipnya, saya suka akan cerita. Apa saja. Cerita yang didengar, dilihat atau dibaca. Pendek atau panjang. Bentuknya bisa macam-macam: dongeng (lisan ataupun tutur/radio—ada tukang dongeng radio favorit saya waktu kecil; Mang Dina. Siaran di sebuah stasiun radio di sukabumi), cerita fiksi, atau cerita tentang sesuatu dari dunia yang wadag ini; Perjuangan, penderitaan, kemiskinan, kebahagiaan. Pergulatan pemikiran seseorang, termasuk salah satu cerita yang juga saya sangat senangi. Juga memoar atau autobiografi. Dari sana saya bisa mengerti mengapa seseorang, misalnya karl marx tidak pernah meminati agama dan lebih tertarik pada teori kelas. Ayahnya yang seorang pengacara Yahudi, pindah agama Kristen protestan dengan mudah hanya untuk menjadi pegawai negeri, tepatnya notaris di Prussia, yang beraliran protestan. Wajar saja misalnya jika karena proses pengalamannya tersebut Marx kemudian berpendapat bahwa ekonomi menentukan politik dan pemikiran manusia. Ekonomi ditentukan oleh pertentangan kelas pekerja (ploretar) dan kelas pemilik (borjuis). Ya gitu deh, sebuah pandangan yang kemudian kita kenal sebagai “pandangan sejarah yang materialistic”.

    Membaca pemikiran orang, menurut saya membuat saya jadi turut berpikir. Setelah berpikir, sering sekali saya menemukan konflik dalam pemikiran saya sendiri. Kepala jadi dipenuhi pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang saling bertentangan. Pertanyaan yang kadang dilontarkan, kadang diperam saja di pikiran. Kadang dapat jawaban, kadang meruap ke dunia entah. Hilang dengan sendirinya.

    Nah dari sanalah, saya tertarik untuk mulai menulis. Tentunya ketika masih di Pesantren saya telah mulai menulis (saya waktu itu juga memang telah menyenangi dunia tulis menulis dan menjadi ketua bidang jurnalistik. Madrasah Aliyah kelas 2, tepatnya), tapi itu lebih karena tuntutan Mading sekolah harus diganti per dua minggu. Namun saat saya telah memasuki bangku kuliah dan boleh membaca apa saja (di pesantren bacaan disensor. Ada buku-buku dan majalah tertentu yang harus dibaca, ada yang “haram” dibaca. Musik tidak boleh masuk, kecuali yang islami. Nonton TV hanya seminggu sekali pada hari Jumat, itupun terbatas waktunya dan dipilhkan salurannya oleh pengurus. Kami menonton TV di aula besar yang biasa dipakai buat tempat sholat berjamaah).

    Nah, ketika saya diperbolehkan untuk melihat apa saja yang saya mau lihat. Apa saja yang mau saya baca. Apa saja yang saya mau dengar. saya mempergunakan kesempatan tersebut. Dibutuhkan banyak bahan untuk menulis. Maka dimulailah pergaulan itu. Saya belajar bicara. Saya mendengar orang bicara. Saya melihat buku bercerita. Saya melihat kejadian-kejadian saling bercakap dalam diam. Saya melihat wacana-wacana bergerak. Dan saya mulai menulis. Awalnya tentu saja tulisan di diary…

    Menulis Diary, sebenarnya adalah kebiasaan yang terbawa sejak dari Darunnajah (nama pesantren saya). Seorang teman, memberi saya hadiah ulang tahun dan mulailah saya menulisinya. Saya mulai menulis puisi. Waktu itu nyontek aja. (Bentuknya dan struktur puisi yang saya bikin, nyontek dari bentuk puisi penyair Tardji, misalnya. Atau dari lagu komposisi syair lagu KLA project, gitu…). Isinya dari apa yang saya lihat, alami dan terjadi. Dimuat di Mading, kadang Cuma ngendon di Diary. Kebiasaan itu berlanjut hingga kuliah.

    Tapi momen yang benar-benar membuat saya akhirnya tertarik untuk mulai menulis cerita adalah saat setelah saya membaca novel “La Nuit Sacree” karya seorang penulis Perancis kelahiran Marokko Tahar Ben Jelloun. Tentu saja saya membacanya dalam terjemahan bahasa Indonesia; “Malam yang keramat”.

    Saya amat menyukai dan terinspirasi oleh inspirasi Jelloun. Cerita yang dia bikin amat memukau. Membuat saya seolah dituntun angin untuk menembus dinding berlapis antara dunia dongeng, kenyataan dan mimpi serta igauan. Rasanya aneh dan fantastis… keganjilan yang bikin ketagihan.

    Malam yang keramat bercerita tentang Zahra –yang dulunya bernama Ahmed—, seorang anak perempuan yang harus didandani seperti laki-laki. Perannya sebagai ahli waris, keberadaan kewanitaannya setelah kematian sang Ayah, perjalanan bebasnya ke sebuah desa asing yang hanya berpenduduk anak-anak, kesuciannya yang terrenggut di hutan oleh seorang lelaki tak berwajah dan ketakutannya pada hantu-hantu tak berbentuk. Sebuah kisah yang sampai sekarang, kalau membacanya kembali, saya selalu merasakannya sebagai pengalaman membaca yang baru.

    Tahar ben Jelloun, Surrealis dan Fantastis. Dua Cerpen pertama saya yang dipublikasikan di harian Sinar pagi pada bulan yang sama : “Wanita yang bersayap” dan “saya Percaya Saya Bisa terbang”, juga surrealis. Kalau tentang fantastisnya sih…, itu urusan orang yang membacanya saja. Bulan Maret tahun 1999, dua cerpen tersebut dimuat. Saya jadi lebih Pede.

    Sejak saat itu saya melihat sebuah peluang untuk mengatakan apapun yang ingin saya katakan (dari apa yang telah saya lihat atau dari hasil pemikiran yang saya olah) melalui tulisan. Tapi di saat yang bersamaan, saya juga bisa bilang pada orang bahwa “itu kan Cuma fiksi!”. Hehehe, menulis fiksi atau cerita pendek ternyata begitu menyenangkan! Menyebar gagasan sembari bermain-main. Saya suka merekaya permainan. Saya senang bermain-main….
    Dan bila ditanya mengapa saya menulis cerpen? Jawaban saya ya masih tetap itu: saya ingin melanjutkan hobi saya bermain-main. Sastra atau bukan, nggak masalah. Yang penting terus sebar ide. Belakangan, saya menambahkan; terus sebar cerita! Saya ingin mendongeng sambil bermain-main (dengan ide).

    Kenapa tidak menulis novel?
    Kalau pertanyaan itu yang dilontarkan, saya Cuma bisa jawab; Pengen banget nulis novel. Tapi ibarat mau membuat masakan, saya harus masih belanja ide dulu yang banyak. Saya merasa belum cukup banyak ide dan data di kantung belanjaan saya sekarang… Mau masak apa, dengan bahan yang terbatas? Padahal yang saya tahu cuma rasa asin dari garam dan bahwa masakan bisa lezat dengan penyedap (meski bikin radang otak!)


    2)Saat ini Ucu memilih 100% jadi penulis (tdk bekerja formal). Boleh diceritakan mengapa mengambil keputusan itu pada pembaca Sriti.

    Bila yang dibutuhkan seorang akuntan dan pialang adalah computer hitung canggih dan analisa pasar yang jitu, maka yang dibutuhkan seorang penulis adalah alat tulis dan waktu! Orang tak akan bisa menulis kalau tidak memiliki waktu yang cukup.

    Belakangan terjadi trend buku pesanan dari penerbit kepada penulis, di mana penerbit meminta seorang penulis untuk mengadaptasi sebuah naskah sinetron atau naskah film ke dalam sebuah novel, misalnya. Waktu yang disediakan oleh penerbit biasanya sangat terbatas. Cuma dua minggu, atau bahkan kalau tak salah dengar ada yang Cuma dikasih waktu 10 hari. Mereka disediakan kamar (entah di hotel atau di apartemen, tapi yangjelas diisolasi, supaya focus mengerjakan tulisannya). Saya nggak masalah sih, selama penulisnya mampu, ya hebat malah. Itu yang dinamakan menulis sebagai “craft” kerajinan atau keterampilan. Penulis bisa impulsive menggunakan waktunya sambil menunggu mood atau ilham datang dan lantas tulisannya menjadi begitu cemerlang atau tetap buruk, tapi penulis juga bisa memerintah moodnya untuk menulis di bawah tekanan “kejar tayang” deadline meski masalah kualitas tulisan entarlah diperdebatkan belakangan (atau justru karena dibawah tekanan, tulisannya menjadi “bersinar”?).

    Yang jelas, karena saya belum melihat penulis di Indonesia memiliki alat dari masa depan yang sangat canggih untuk bisa membantu memasak ide dengan sempurna. Sejauh ini saya tetap membedakan atau setidaknya (menurut saya), pasti ada beda antara memasak tempe bacem yang dibacem hanya sebentar di atas api yang dinyalakan dengan besar, dengan tempe bacem yang dibacem sesuai waktu yang dibutuhkan untuk proses pembaceman dengan api yang standar.

    Nah, balik lagi ke masalah pekerjaan. Kalau saya ditanya tentang kenapa tidak memilih kerja formal dan hanya meluangkan waktu untuk menulis?

    Dengan tersenyum saya selalu bilang kalau menulis adalah alasan saja biar dibilang ada kerjaan. Biar dibilang nggak pengangguran. Padahal sebenarnya, saya nggak ada kerjaan, karena itu saya menulis saja! Ya bisanya Cuma itu! (hahaha, artinya dengan menjadi penulis, saya tak pernah merasa tak punya kerjaan ;) Wuaa… si Paul bilang, pengangguran kreatif!).

    Tapi dibalik becandaan itu, saya selalu menyadari tentang peluang dan kesempatan bagi penulis. Nggak munafik dong, penulis juga butuh duit. Setidaknya pemasukan bulanan. Sayangnya banyak sekali penulis berbakat, hanya karena harus memenuhi tuntutan kebutuhannya, jadi tak memiliki waktu lagi untuk menulis. Waktunya lebih banyak tersita oleh pekerjaannya. Bakatnya lama-lama habis. Tangannya mulai tak biasa lagi mengukir kata, merangkai kalimat. Ini pernah saya rasakan, dulu. Dan karena itulah, saat ini saya menyadari betapa kegiatan menulis sebenarnya adalah kegiatan menyiasati waktu.

    Ketika tidak memiliki pekerjaan formal seperti saat sekarang (Sejak akhir januari 2005), saya sangat menyadari, betapa ironisnya pepatah “Waktu adalah uang”. Begitu telak pepatah itu bagi penulis. Bagi bisnisman mungkin iya, waktu adalah uang. Tapi bagi penulis adalah sebaliknya, semua penulis yang belum mapan, dihadapkan pada pilihan: waktu atau uang?

    Kalau penulis punya waktu untuk menulis, pada saat yang sama biasanya mereka tak punya uang. Kalau penulis punya uang, pada saat yang sama biasanya mereka tak punya waktu buat menulis. Dan ketika penulis telah punya waktu dan telah punya uang, biasanya energi menulisnya telah habis. Idenya sudah tidak segar. Mereka telah cukup tua. Ide-idenya tak lagi berkontigen dengan zaman yang terus bergulir… Basi! Jangan maujadi penulis basi… Setidaknya saya tak mau jadi penulis basi!

    Dan ujung-ujungnya saya jadi bingung. Haruskah seseorang kaya dulu baru bisa nulis? Ataukah seseorang justru harus miskin dulu baru bisa berkarya?

    Nah, karena pertanyaan itu muncul, maka saya harus menambahkan modal penting lain yang harus dimiliki penulis terlepas dari dia punya uang atau tidak. Dan dia memiliki waktu atau tidak: kemauan! Modal yang harus lebih dulu dipersiapkan sebelum waktu dan alat tulis. Di mana ada kemauan, selalu ada jalan! Saya percaya itu, seperti saya percaya kalimat Linda Christanti: “cinta itu seperti perjuangan. Tidak ada akan terhenti meski oleh kematian!” aih…. Hihihihi…

    3)Amatan Sriti, Ucu termasuk cerpenis yg pemalas saat sebelum buku KANAKAR terbit, mengapa bisa begitu? 4)Lalu setelah buku kumpulan KANAKAR terbit. kelihatannya sangat produktif. Apa ada alasan tertentu. Bisa dijelaskan?

    Ah nggak ah… saya terus nulis kok. Masalahnya, saya suka mati di tengah dan kadang ide menjauh dari saya pada setengah jalan menuju akhir kisah dari sebuah cerita. Waktu juga jerap tak mendukung. Kebetulan… waktu itu terjadi, saya memang masih bekerja formal. Harus saya akui, saya tipe orang yang tidak bisa terlalu banyak membagi konsentrasi pada beberapa hal yang berbeda.

    Sejak Februari saya baru benar-benar bebas dari rutinitas. Sialnya, uang saya masih cukup lumayan di tabungan, jadi saya jalan-jalan dan nyampah-nyampah sama teman-teman. Bulan April, KANAKAR terbit. Pada saat yang bersamaan, “Dokumen Jibril” salah satu cerpen saya juga menjadi judul antologi cerpen republika. Saya seperti bercermin dari tulisan saya.

    Setelah menjadi format buku, ada beberapa cerita yang saya suka. Ada beberapa cerita yang saya malu kalau membacanya. Nah, karena itulah… saya pengen berusaha cepat-cepat menebus “rasa malu” saya. Ya, rasa malu itu memotivasi saya untuk terus menulis. Dengan harapan, hasil tulisannya kelak, akan lebih bagus dari yang sebelumnya. (tapi nanti, saya pasti malu lagi dengan apa yang telah saya tulis. Aih… kutukan melingkar berantai euy… ;p)


    5)apa setiap hari menulis cerpen? Apa satu cerpen bisa jadi dalam satu hari? Apa bisa jadi, beberapa cerpen jadi dalam satu hari?

    Pengennya setiap hari menulis cerpen! Tapi mana bisa… satu cerpen saja bisa terbengkalai berbulan-bulan! Tapi tak jarang ada cerpen yang jadi dalam 1,5 hari misalnya. Eit… nanti dulu! Maksudnya, proses membuatnya dan tiba-tiba alur cerita atau struktur cerita di dapat begitu saja ketika menulis. Tapi sesungguhnya, idenya telah dipikirkan sejak lama.

    Ide cerpen Vacuum Cleaner, misalnya. Berawal dari sebuah sore pada suatu week end di apartemen seorang teman. Teman ini telah bercerai. Anaknya yang masih berumur 8 tahun ikut ibunya. Tapi setiap week end anak tersebut, sebut saja dimas, selalu dihabiskannya dengan teman saya. Meski masih manja, saya melihat Dimas sangat mandiri. Setiap selesai bermain di ruang tivi apartemen papanya, dia selalu membereskan mainannya. Juga kalau ia membuat kotor ruangan.

    Suatu hari dia menggunting-gunting kertas, sepertinya akan membuat semacam origami, dan ruangan tengah apartemen papanya jadi berantakan. Saya menawarkan bantuan untuk membersihkannya. Tapi dengan tegas dia menolak. Dia bilang, “You just sit there, and let me clean it!” Dia memakai bahasa Inggris sebagai bahasa percakapan sehari-harinya. Ups, saya langsung menarik tangan saya dan cukup kaget dengan penolakannya. Di saat anak-anak seusia dia doyannya main-main dan bikin berantakan rumah orangtuanya tanpa pernah berhasrat mempelajari seni tanggung jawab sejak dini, si Dimas dengan penolakannya terhadap bantuan saya membuat dia sore itu jadi terasa lain.

    Saat itu Dimas mungkin melihat kekagetan saya. Dan sambil menarik-narik Tabung Vacuum Cleaner yang berukuran cukup besar, dia berkata lirih kepada saya, “I just like this Vacuum cleaner, a lot. You see…? It can make all things disapear!” Dan dia mengarahkan corong penghisap debu itu ke arah potongan kertas kecil-kecil. Kertas-kertas itu masuk ke dalam penampung debu. Berkerinyut saling berebut masuk di mulut corong penghisap debu untuk kemudian satu persatu menghilang ke dalam mesin pemghisap itu. “And the sound is nice too! I prefer heard this vacuum cleaner sound, then them!”. Otomatis saya langsung kaget mendengar komentarnya yang tak saya kira bisa keluar dari mulut Dimas sebelumnya. “ Them? Who?!” Tanya saya. Dan Dimas langsung mengarahkan dagunya kearah Papanya, teman saya. “He and my mother!”. Ucapnya sambil tertawa. Oh my god…!

    Maka dua minggu kemudian, saat saya sedang menonton acara kriminal di tivi bertema kekerasan rumah tangga, begitu saja saya menyalakan komputer. Dan cerita tentang anak yang memasukkan orangtuanya ke dalam vacuum cleaner itu pun kelar, sore esok harinya.

    Cerita-cerita pendek lain yang pengerjaannya Cuma memakan waktu antara 1-2 hari antara lain “Aku Ingin memenggal Kepala Ayah”, “Perawan Yang Bersemayam Di Mata Loth”. Beberapa cerita mini yang nggak pernah saya publikasi seumpama “Unicorn”, “Perempuan yang Bertemu Roh semalam”, “Dying Is Easy Commedy Is Hard!” adalah contoh-contoh cerita mini yang dikerjakan sekali jalan.


    6)Apa pernah mengalami kejenuhan, dan tdk mood? Apa ada contoh cerpen yg dikerjakan dgn waktu pengerjaan yg lamaaaaa..aaa sekali…? Bisa diceritain detailnya…


    Pastilah ada! Biasanya Mood hilang kalau ada “gangguan” dari luar atau lagi Pre Menstruation Syndrom (Hahahaha!) Awalnya PMS selalu saya tangkis sebagai suatu keadaan yang tak ada atau tak mungkin terjadi pada perempuan. Tapi akhirnya, setelah saya mempelajari siklus saya dan membaca tulisan-tulisan medis, saya harus mengakui bahwa pengaruh hormonal dalam tubuh sangat mempengaruhi hormone endorphin (hormon yang membuat kelenjar bisa memproduksi perasaan senang atau bahagia dalam tubuh seseorang. Tentu saja ini berpengaruh pada perilaku dan cara berpikir serta kerja tubuh pada waktu-waktu itu.

    Gangguan dari luar lainnya ya masalah kerjaan di luar kesenangan bermain membuat cerita pendek. Tentu juga masalah emosi kalau semisal lagi dekat dengan seseorang atau terlalu sibuk “nyampah” bareng teman-teman (kegiatan hang out bersama, di mana kami biasanya Cuma membicarakan hal-hal sepele dan tidak perlu. Hal-hal yang bisa membuat kami tertawa bareng). Hihihi

    Hal lain yang membuat Jenuh ya kalau “writer block!”. Ide itu seperti rock star atau vokalis sebuah band yang belum jadi dan nggak pede serta selalu merendah hati, menurut saya. Semakin dicari semakin tidak ketemu. Semakin diyakinkan kalau si calon rock star adalah memang rock star, semakin dia menyangkal dan bilang kalau dia adalah penyanyi biasa-biasa saja. Tapi begonya, kita kerap melihat, ide itu mendatangi kita dengan rupanya yang cemerlang. Seperti juga kualitas vocal si penyanyi yang terdengar begitu bagus. Namun ketika di “push” ide cemerlang punah. Vokal si bakal rock star jadi cempreng awut-awutan…

    “Mencari Lukas” adalah contoh cerpen yang pengerjaannya lama dan memakan waktu tahunan. Ketika sudah selesaipun, saya tidak puas. Ketika membacanya di kumpulan cerpen saya, saya jadi malu sendiri. Ya, begitulah…


    7)Biasanya, ide menulis cerpen itu dari mana? Bisa diceritain secara panjang dan detail gak, bisa dituliskan semisal contoh kasusnya dlm beberapa
    cerpen….

    Ide datang dari mana-mana. Seperti yang saya tuliskan di pertanyaan paling awal. Dari cerita orang. Dari kisah teman. Dari buku mitologi. Dari kepala sendiri. Dari lantai yang dingin. Apapun bisa jadi ide lah, asal kita lagi mau mikir dan otak kreatif kita lagi “menyala”.

    “Bagaimana Supaya Tidak Diculik Alien,” Berasal dari persentuhan saya dengan seorang pengasuh komunitas BETA-UFO yang juga menjadi pemred almarhum majalah “INFO UFO” Nur Agustinus. Sebuah majalah yang membahas seputar fenomena UFO dan Extra Terrestrial, bermarkas di Surabaya. “KANAKAR”, berasal dari mitologi pleades, tujuh bintang terang di angkasa dan mitos rasi Orion. “Stay Far Away So Close,” adalah cerita jatuh cinta seorang teman dekat saya.


    8)Masih suka nemuin kasus penolakan naskah gak Cu..? Rasanya gimana?

    Ya iyalah! Rasanya biasa saja… Hahaha. Kepada salah satu redaktur Koran, saya malah bilang “semakin diacuhkan, entah kenapa saya justru merasa semakin ingin diterima.” Hahahaha…

    Namanya Usaha. Kalau mau bikin karya, ya bikin saja! Yang penting tulis saja dulu. Soal dimuat atau tidak itu bukan masalah. Tugas seorang pencipta selesai ketika mencipta. Kalaupun ada seorang marketing dalam tubur seorang creator, ya itu harus dibedakan antara “creator” dan “sales man”. Hahaha…

    9)Kalo dimuat rasanya gimana?


    Ya seneng lah… Apalagi kalau perubahan-perubahan tulisan dalam proses editing sebuah pemuatan dikonsultasikan. Itu hal yangpaling menyenangkan. Setelah si creator jadi sales man, ternyata si editor menyapa lagi si creator.

    10)Kami pernah mendapat sejumlah email masuk ke redaksi Sriti, kalau Ucu cerpeni yg doyan dgn teknik penulisan dongeng, tapi tanpa tujuan bercerita. Apa komentar Ucu?

    Gak apa-apa. Sah aja orang berkomentar dan saya termasuk tipe orang yang tak pernah keberatan dengan apapun yang dibilang orang. Thanks god! Masih ada orang yang masih mau perduli pada saya ;P

    Mungkin terdengarnya egois. Tapi menulis memang kadang adalah kerja yang sangat personal. Saya merasa mau menulis berdasarkan ketertarikan saya. Kadang ada misi social, kadang Cuma pengen bagi cerita.

    11) Bisa diceritain gak, gimana cara menanggapi perbedaan “selera” redaksi. Misalnya kan cerpen di Kompas pasti beda dgn Koran Tempo, atau Media
    Indonesia misalnya? Bisa diceritain secara mendetail gak Cu...??


    Ya itu kan selera. Kalau mereka berorientasi pasar ya itu mungkin hokum kerja media. Sedang selera ya tergantung si “penyeleksi” naskah atau orang dibalik rubrik tersebut.

    Kalau bagi saya, menyesesuai-nyesuaikan tulisansaya dengan selera orang, kalau bisa ya bagus! Itu artinya sebagai penulis dia sudah handal banget. Tapi dalam hubungan antara jenis tulisan (cerpen) dengan media yang mempublikasi, saya lebih suka menjadi seperti sepasang orang yang jatuh cinta tanpa sengaja lantas bisa saling menerima apa adanya. Saya tak harus menjadi dia, dia tak harus menjadi saya. Tapi cukup dia menyukai saya dan saya menyukai dia…


    12) Apakah ada proses tambal sulam untuk naskah yg ditolak media A, lalu dikirim ke media B, misalnya? Bisa dijelasin gak secara blak-blak-an..?

    Soal ditolak oleh media yang satu kemudian dikirim ke media yang lain, Ya itu wajar. Namanya juga usaha. Sepertinya bukan hanya semua penulis deh, tapi ya memang begitu cara kerja prinsip dasar pemasaran. Di tolak di pasar yang ini, masih ada pasar yang lain…

    Tugas penulis Cuma berkarya. Setelahnya, biarkan si Salesman bekerja. Hihihi…

    13)Gimana cara nyesuain mood untuk menulis cerita cerpen unt orang dewasa dan remaja?

    Gua nggak pernah nulis cerpen remaja, chus! Tapi ya mungkin harus riset dulu lah! Itu pasti! Saya tabu menulis tentang hal yang tidak saya ketahui, tanpa berusaha untuk mencari tahu dulu.

    14)Gimana beda rasa nulis cerpen, dan buku dongeng anak? l.. bisa dijelasin gak?

    Sama saja. Cuma di kepala memang ada semacam buku panduan tentang pasar yang nggak kelihatan. Ketika nulis cerita anak, saya sudah punya range usia orang yang akan baca (meski kadang meleset, karena cerita anak dibacakanorang dewasa. Jadi orang dewasa juga turut membaca cerita anak). Dan ketika menulis cerpen, ya saya berpikir siapa kira-kira orang yang menyukai jenis cerpen dengan tema dan struktur bercerita seperti itu…

    15)Apa saran untuk penulis cerpen pemula?

    Sebagai sesama penulis pemula… saya pikir kita harus terus banyak menatap, menengok dan menoleh. Apa yang akan terjadi atau mungkin terjadi di depan, apa yang terjadi sekarang dan apa yang telah terjadi di sekitar kita… menurut saya adalah bahan yang paling layak buat dijahit menjadi cerita.

    Mengaranglah! Tapi jangan pernah lupa prinsip pelajaran mengarang yang paling utama; Di dunia yang begini absurd, tidak pernah ada yang namanya karangan. Semuanya adalah realitas…

    29.07.2005

Post Title

Mengapa Menulis CerPen?


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/07/mengapa-menulis-cerpen.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls

Aku Melihat Diriku Dalam Gelas Aqua

    aku datar
    tanpa jiwa
    mengapung di antara volume air
    tak berusaha untuk menepi
    kecuali membiarkan diriku tenggelam semakin ke dasar

    aku bening
    tapi sebenarnya nisbi
    tak abadi
    tak juga berubah

    aku hanya ingin tenggelam
    menjadi hantu yang bahagia
    menjadi gelembung kosong
    yang memenuhi kerongkonganmu
    mengaduk lembut saluran pencernaanmu

    Aku tertekuk
    melihat diriku dalam gelas aqua yang barusan kau teguk...

Post Title

Aku Melihat Diriku Dalam Gelas Aqua


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/06/aku-melihat-diriku-dalam-gelas-aqua.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls

Aku berhenti jatuh cinta...


    Pagi ini aku terbangun di antara pucuk-pucuk kesepian yang ranum
    Orang bergegas mengemasi harapan, mengira bisa menangkap masa depan
    padahal takdir lebih sering berubah dari kulit bunglon, katanya...

    Dan aku tahu kau tetap disitu,
    Tak perduli Pada pagi
    Pada harapan
    Pada kesepianmu sendiri...

    Dan lantas aku membaca kisah itu
    Tentang cinta dan seorang petualang

    Bagi seorang petualang, kekasih adalah juga seperti tanah air, katanya...
    Ia tak pernah tahu mana atau siapa yang lebih ia cintai,
    tapi ia selalu memiliki kenangan pada setiap dari mereka...

    Dan aku tak perduli...

    David,
    Aku bukan Goliath
    Aku cuma seorang Gilgamesh yang baru pulang dari dasar lautan
    Membawa buah keabadian, namun sang ular berhasil mencurinya
    Hingga aku tak bisa immortal

    Cintaku mati padamu tadi sore, David...

    Dan nyala di ujung rambutmu yang seperti lampion kekuningan saat terkena cahaya
    Malam, tak bisa lagi mendesirkan gelisah di hatiku

    Saat lembut angin membangunkanku dari mimpi tertidur di taman eden,
    kembali pagi ini tanya itu menghampiriku lagi;

    Bila setiap hari paginya selalu bagus (ooh, kau tahu aku suka pagi),
    kenapa kadang kita begitu saja bisa bersedih pada jam sepuluh?
    Apakah kebahagiaan selalu berumur pendek?

    Aku berhenti jatuh cinta pagi ini, David.
    Segala riak di kepalamu tak membantuku memahami arti gerai rambutmu
    Tak menolongku menafsir raut datar wajahmu



    ***untuk seorang lelaki "in the closet".
    Semoga ini yang terakhir gue salah orang...
    Hhhm... Paul Said, it is trendy and cool to be gay!
    But honey, why gay-ness, always cheating me?***


    __________________

    tiga cinta
    lima cahaya bulan
    saat satu cinta usai
    satu rambut hatiku hilang...

Post Title

Aku berhenti jatuh cinta...


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/06/aku-berhenti-jatuh-cinta.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls

His name is David

    His name is David, Paul.
    Lesbian male style
    Junkies body
    Nggak ngerokok, tapi nyandu ganja
    Long hair, diikat ke belakang
    Beautiful skin
    Flat face emotion


    cuma ingat ucapanmu, kalau tertarik sama straight guy, sms me, darling!
    dan dia cukup menarik Paul, terutama saat pertama kali melihatnya.
    tapi dia Leo, ternyata.
    dia juga nggak tertarik sama aku, sepertinya.

    so, should I leave him...?
    let him go...?
    Hhm...

    gue jarang tertarik sama anak laki, padahal.
    but sure, I wont make a mess with partner.
    yup, dia rekan kerja gue untuk sementara ini.

    so, david...

    ah, just forget!!!
    (menarik nafas panjang)

Post Title

His name is David


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/05/his-name-is-david.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls

this ain't a love song

    sebuah sms kubikin:

    "Ada jakarta di kepalaku,
    dan kota itu seperti pan shabu-shabu hanamasa yang siap meledak
    tanpa daging asap atau sayur rebusan.
    Sedang sunyi sukabumi adalah menu penutup yang kulahap tanpa hidangan utama.
    Ada apa di jakarta?"


    sebuah sms kudapat sebagai balasan:

    "sepi tanpa dirimu."


    aku tahu, jawaban itu bukan lagu cinta.
    cuma sebuah iseng yang berakhir pada tanda koma yang akan berhenti di situ.

    aku tidak cantik.
    dia juga tidak begitu menarik.

    ada lahar di kepalaku
    sedang yang dimilikinya hanya sebuah rumah datar di kepala saja, sepertinya.

    So I miss my dmitri...
    aku rindu seluruh gelegak kepalanya yang penuh emosi
    segala badai di otaknya yang berderu dalam kalimat dan setiap tindakan yang dibikinnya. aku kangen segala yang "gila" dari dia.

    yup!
    aku pasti sakit.
    aku seorang perempuan yang sakit.

    so, where is the love song?

Post Title

this ain't a love song


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/05/this-ain-love-song.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls

Hhm... Berondong? He he he...

    Aih...
    kebayang nggak sih, gue digodain berondong?
    Hhhm...


    "Tomboy!" seseorang menyebut itu. Nggak tahu siapa yang dimaksud. Gue nggak noleh.

    "Tomboy!" seorang lelaki sekelabat gue lihat dari belakang windshield bus kota arah Manggarai-Pulo Gadung yang gue tumpangi. Kali ini gue mulai ngeh, anak cowok yang tadi ngetuk-ngetuk koin ke bus dan manggil-manggil penumpang itu, manggil gue. Gue cuek. Maunya apa sih? Paling iseng...

    "Tomboy!" Buset dah! tiga kali sudah dia nyebut kalimat itu, gue terusik juga.
    emang penampilan gue tomboy amat, apa? sampai tiga kali gitu dia manggil gue dan gue cuekin juga dia nggak ngaruh. Dan bener...

    "Kak! Kakak tomboy!"
    Anjrit! Gile bener nih anak! Jadi beneran gue yang dimaksud? Gue ngelirik dia sekilas dan pasang muka nggak seneng. Apa sih mau luh? itu yang pengen gue bilang dengan memasang tampang itu.

    "Hey ka! Kakak dari mana?"
    Buset dah! sekarang dia bener-bener ngajakin gue face to face. Mukanya tepat berada di bawah kaca jendela gue. Ngajak gue ngobrol. Nggak jelek... kulitnya lumayan bersih, cukup putih, rambutnya ikal lembut agak panjang diikat ke belakang. Pake kaos putih, celana jeans dan sendal gunung.

    "Habis kerja apa baru pulang kuliah Kak?" Dia nanya lagi.
    Sumpah, man!
    Gue bingung...
    Ini anak nekad banget sih? maunya apa?

    "Habis kerja!" Sebenarnya gue bingung juga harus ngejawab apa? Gue kan sekarang nggak kerja alias freelance aja. nggak punya kantor. Tapi memang gue baru pulang rapat dari apartemen permata senayan, rapatin buku yang sekarang lagi gue garap.

    "Di manggarai ya kerjanya?" anak cowok rambut lembut itu terus nyecer gue.

    "Hhhm..." gue garuk-garuk kepala sambil agak-agak bingung sama senyum-senyum. Dia senyum-senyum juga.

    "Gimana ya... iya deh dari manggarai," gue nggak pengen capek-capek ngejelasin semuanya ke dia. Ngapain, coba?

    "Pasti lupa yah, kita kan sudah pernah ketemu," anak itu bener-bener tersenyum sama gue, sekarang. Aih... basi banget nggak sehh...?? Itu kan jurus kenalan terkampungan dan terkuno yang temen-temen cowok gue dulu lakukan. Tapi dalam hati gue tersenyum juga. Lucu juga, manis juga nih anak. Ha ha ha ha... apaan sih gue?

    "Iya gue tahu, kakak pasti lupa kan? gue sering lihat kakak, lagi. dikirain anak-anak IKJ sini!" dia garuk-garuk kepala sekarang. Gue dengerin aja. "Eh ternyata bukan," dia terus saja berusaha ngajak gue ngomong. "gayanya itu lho!" Dia nunjuk gelang manik hitam gue. Gue cuma senyum. Tapi tiba-tiba ide berkelebat...

    "Eh, kamu sendiri kerja apa sekolah?" Tiba-tiba kini gue balik nanya.
    Ada maksud sih...
    Giliran dia kali ini yang garuk-garuk kepala. "kerja Kak," Katanya.

    "Di mana?"

    "Di sini!" Dia senyum lagi. "Nongkrong-nongkrong di sini saja! sama teman-teman" Di sini maksudnya itu adalah setopan lampu merah depan megaria. Tempat bus gue berhenti. Tempat dia manggil-manggil penumpang buat datang dan naik bus terus mintain komisi ke kondektur bus buat jasanya manggilin penumpang.

    "Teman-teman kamu di sini juga? Berapa banyak?" Gue kayaknya mulai agak gile juga deh. He he he... beberapa orang penumpang gue sadar mulai menoleh ke gue yang ngelayanin ngomong anak itu.

    "Iya Kak, beberapa orang." Kelihatan banget dia senyum seneng sekarang.

    Dalam hati gue agak kege'eran, He he he... gue pernah sangat seneng waktu orang yang gue demen kirim sms ke gue. Mungkin ini juga yang dirasain anak itu, merasa sangat seneng saat orang yang dia seneng melayani omongannya. Aih... gue kege'eran kan? ;)

    "Jadi tiap hari, lu sama temen-temen rata-rata nongkrong di sini?" Sekarang gue mulai berani beneran. Anak itu menganggukkan kepalanya.

    "Eh, kapan-kapan kita ketemu lagi lu mau?" Buset dah! kini kedengerannya seperti gue yang gokil yah? Dan anak itu tersenyum. Tapi sebelum senyumnya jadi tambah mekar, gue langusng bilang maksud gue.

    "Lu mau, kalau kapan-kapan kita bikin film, tapi nggak dibayar?"
    Nah lu! Kali ini gue ngelihat dia mulai heran dan bingung.

    "Iya, film independent. Nggak dibayar. nggak ada duitnya." dan mulai lah gue menebar misi. "Gue ada kamera, gue punya temen beberapa anak IKJ, kita bisa bikin cerita. Lu sama temen-temen lu yang main, tapi nggak ada duitnya. Mau?" Gue lihat si anak masih bingung.

    "Mau, deh, mau..." Tapi di antara kebingungannya, dia akhirnya cepet-cepet mutusin buat ngomong kalau dia mau.
    Gile yah gue? apa coba maksudnya?

    Tapi sebelum gue sempet bilang, "Ya udah, kapan-kapan ntar gue hubungi lu" atau "kita kita lagi deh, nanti" bus yang gue tumpang udah melaju. Anak itu bahkan lupa mintain duit jasa ke kernet bus dan gue lihat dari ujung mata, kalau badannya sempat oleng. Tangan anak itu menopang ke badan bus. Begitu bus bergerak, badannya yang belum siap, langsung tertarik gravitasi. agak terjerembab sedikit.

    He he he...
    Gue nggak noleh sama sekali.
    Gue nggak lihat ke belakang lagi.
    Dan bus gue terus melaju....

    selama perjalanan menuju Utan kayu gue senyum-senyum sendiri.
    Anak itu cukup manis dan "bersih"
    Gue nggak tahu motif dia apa manggil-manggil gue.
    Tapi yang jelas, karakter mukanya sih lembut.

    sejauh ini, cowok-cowok yang pernah deket ke gue sih, punya karakter yang begitu: rada feminim alias meski lelaki tapi tekstur mukanya "lembut".
    Gue sendiri nggak ngerti kenapa dia harus manggil gue?
    Mungkin karena gue duduknya paling deket ke jendela.
    Mungkin dia biasa iseng begitu.
    Mungkin juga dia ngelihat penampilan gue cowok banget. rambut pendek. kaos hitam. Gelang hitam. celana hitam. sepatau hitam. tas hitam..
    Tapi kan...
    Jelas banget, secara penampakan pastilah dia sadar kalau gue lebih tua dari dia. Paling tua juga tuh anak usianya 21 tahun.
    Sedangkan gue? He he he... Agustus ntar, akan jadi 29 tahun :)
    kenapa dia tertarik manggil-manggil gue?

    Gue jadi inget mia...
    kemarin mia cerita tentang dua pasangan di salon.
    yang satu tante-tante dengan anak muda dekil yang rambutnya gondrong tapi lagi dibikin trendi. rambut anak itu dipotong gaya, dicat, di layer, dengan potongan rambut atas perintah si tante. satu lagi, kalau nggak salah denger... Hhhm... apa yah? ih... kok gue lupa sih? Ya Pokoknya gitu lah....

    Gue juga jadi inget Dafi temannya Eka yang cerita kalau dia beberapa waktu lalu ngejar seorang cewek dan merasa jatuh cinta sama cewek tersebut. Melihatnya begitu saja di bus, dan langusngmemtuskan untuk ikut turun pas cewek tersebut turun. Nyamperin. Nanya nama. Ngajak kenala. Minta no telpon dan benaran nelpon itu cewek dua hari berturut-turut...

    Jadi inget Eka juga. Lagi patah hati, dan curhat tentang calon-calon pengganti. mencoba mengobservasi para kandidat. nasehat gue tentang No hurry love...

    jadi inget anak itu...

    hehehe...

    aih...

    dasar berondong...

    Dan gue?



    Gue akhirnya di sini.
    dibelakang layar komputer di warnet rawamangun.
    menulis semua yang baru aja terjadi.


    :)

Post Title

Hhm... Berondong? He he he...


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/04/hhm-berondong-he-he-he.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls

Being Jobless & Being single (Hehehe diary)

    Setiap hari adalah hari libur
    tapi anehnya tak ada satupun hari libur.
    rasanya jadi pengangguran busuk kok lebih capek dan lebih sibuk dari menjadi seorang pegawai tetap ya?


    this is a He he he... Diary

    ______________________________________

    + hari apa yah, hari ini?
    - buset dah!
    + Setiap kan nggak ada bedanya sekarang bagi gue. every day is holiday
    - enak dong
    + maunya! tapi kok gue ngerasa lebih capek yak?
    - lu jalan terus
    + bisa jadi pelari marathon nggak, kalau jalan terus?
    - lu emang sakit yah?
    + kemarin sih badan gue agak meriang. kehujanan, kayaknya.
    - ke dokter jiwa luh!
    + mau dong ke dokter jiwa...

    pelayan datang bawa teh botol

    + tangal berapa sih? kok kedai bu bambang tadi tutup?
    - tanggal 11, hari nyepi.
    + ooh... pantesan lu kayaknya kesepian, sampe nyari gue
    - He he he
    + ketawa lu jelek
    - alah cuma lu doang yang protes. btw, lu siapa sih pacarnya sekarang?
    + sejak si .... nikah, gue nggak kepikiran buat punya pacar euy.
    - cie, patah hati nih ye.
    + hehehe, lucu juga ya kalau kita bisa lihat hati kita. gimana tuh bentuknya hati patah?
    - (gigit kerupuku)kriuk garing luh!
    + dari pada melempem?
    - Ha ha ha...
    + Norak lu, gitu ajah ketawa. (teriak) Mas, Mas! saya kecapnya dikit aja!
    - saya sambelnya yang banyak ya!

    nyeruput teh botol

    - belum nyari kerjaan lu?
    + jatah gue dua bulan nganggur, mau mulai nyari lagi nih. ada lowongan?
    - gue aja pengen pindah dari tempat kerja gue.
    + dengerin kata hati, tapi tetap think rationally
    - capek jadi sekrup industri euy! mending kalau ada gunanya buat orang banyak.
    + gak apa-apa, kerja lu mungkin sekarang baru berguna buat diri lu dan keluarga lu aja.
    - tabungan lu banyak?
    + nggak, kemarin beli kamera dan perlengkapannya, trus jalan-jalan ngak jelas. mana ketipu lagi gue kemarin.
    -oh ya, lu udah cerita
    + lumayan kan, 500rebu! secara pengangguran gitu lho! ketipu pula!
    - gak apa-apa, duit bisa dicari lagi.
    + lu yang nyariin yak?
    - emangnya gue laki luh!
    + Ih, untung lu bukan laki gue! (dalam hati gue berbisik, nggak ada hubungannya nyariin duit uat gue dengan menjadi laki gue atau nggak. emangnya gue jualan? kalau mau nyariin nyariin aja. kalau nggak, ya nggak usah. yey... dasar jelek luh!)
    - Eh, ajarin gue jadi pengangguran
    + gue nggak punya ilmunya.
    - sia-sia dong gue nemuin lu hari ini
    + emangnya gue nabi apa? sampe perlu lu mintain petunjuk
    - iya lah. lu kan sama kayak nabi. nggak punya kerjaan tetap.
    + bedanya, nabi sok penganguran bijak, gue milih jadi pengangguran busuk.
    - lagi ngerjain apa sekarang?
    + want to know... ajah (tring-ring!)

    si Mbak datang bawain bakso. percakapan berhenti. sendok dan garpu mulai mengambil alih. mulut berubah fungsi: nggak dipake buat ngomong tapi buat makan. selama makan, gue berpikir...

    tak memiliki pekerjaan dan tak memiliki pasangan itu memang perlu. tapi jangan lama-lama, kayaknya. kenapa? karena pasti akan membosankan dunia tanpa ritme kerja, dunia tanpa seseorang buat berbagi. meski sejauh ini, gue amat enjoy dan merasa baik-baik saja.

    kriteria pekerjaan idaman: yang bisa bikin "kaya" gue dalam berbagai laci.
    Kaya wawasan, kaya pergaulan, kaya hati, kaya materi, kaya monyet.
    kriteria pendamping idaman: yang bisa ngerti, rada beda dari gue, bisa support (emosi, materi ;), and kebutuhan lain-lainnya deh pokoknya.

    hahaha!
    namanya juga he he he diary....
    _____________________________________
    PS:
    Horreey!!! Hasil shoot gue akhirnya dah ada yang jadi secara bentuk!
    a time to count, judulnya. tentang anak-anak band speedkill.
    yah, lumayanlah buat pemula...

Post Title

Being Jobless & Being single (Hehehe diary)


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/03/being-jobless-being-single-hehehe-diary.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls

Veronika

    Dari Veronika aku tahu bahwa hal-hal baru dan benda-benda asing yang belum kuketahuilah ternyata yang membuatku akan tetap bertahan hidup. Aku akan survive dan stay alive dalam keadaan apapun selama dua hal itu (sesuatu yang baru dan benda asing yang belum kutahu) masih ada di dunia ini.
    Dan Halllloooooooooww....!!!!
    Betapa banyaknya benda asing dan hal-hal baru yang belum kuketahui.

    Maka inilah ramalan hidupku :

    Aku akan hidup dalam waktu yang masih lama. Dalam tahun-tahun yang masih berpintal dan gerakannya akan maju secara linear terus menuju ke depan. Ke suatu dunia baru yang aku akan terus ikut di sana, bergerak bersamanya dan menjadi bagiannya. Aku akan mengikuti pola pikir jaman baru itu, aku akan bertingkah dan bergaya sebagaimana tuntutan masanya dan aku akan terus hidup dalam semangat jaman masa depan tersebut.

    Veronika memutuskan meminum empat pil tidur dengan dosis sangat keras, menjalani perawatan intensif di rumah sakit dalam keadaan koma selama dua minggu dan berujung di sebuah bangsal rumah sakit jiwa dengan vonis dokter bahwa hidup yang dijalaninya hanya tinggal 5-7 hari lagi saja. Dan ironisnya, semua itu bermula dari awal di mana ia justru merasa bahwa ia telah mencapai semua yang diinginkannya dalam hidup. Saat hari-harinya terasa berkisar pada ihwal yang begitu-begitu saja.

    Ada kemiripan antara aku dan Veronika. Kami telah mendapati segalanya begitu tolol dalam hidup; saat remaja kami berpikir terlalu dini untuk memilih, dan kini sewaktu dewasa kami yakin sangat terlambat untuk berubah. Bedanya: keyakinan Veronika begitu tebal sedangkan keyakinanku tentang perubahan selalu berubah.

    Seperti aku yakin bahwa cinta sejati akan berubah seiring waktu dan cinta itu akan menemukan cara baru untuk memgungkapkan dirinya, begitulah perspektifku tentang perubahan. Aku bisa sangat yakin ada beberapa hal dalam diriku yang tak bisa berubah, namun justru pada saat yang bersamaan dengan tumbuhnya keyakinan tersebut, keyakinan itu justru telah berubah.

    Maka aku akan tetap maju untuk hidup dan Veronika masih harus menjalani perawatan di rumah sakit jiwa sambil menunggu ajalnya. Veronika menemukan alasan yang tepat untuk mati dan aku menemukan akan alasan yang tepat untuk hidup.

    Tentu saja aku menghormati Veronika; di tengah dunia di mana seluruh penghuninya berjuang untuk tetap hidup, mendapati kenyataan bahwa ada seorang saja yang memutuskan untuk berhenti hidup dengan alasan yang tepat, adalah seperti menemukan seorang politisi yang dengan sadar memutuskan untuk pensiun dengan alasan yang benar di tengah ketidakbenaran hiruk-pikuk politik yang terjadi. Aku menghormati Veronika.


    ***keterangan:
    Veronika adalah tokoh dalam novel yang ditulis oleh penulis Brazil yang menetap di Rio De Janeiro, Paulo Coelho pada tahun 1998. Judul novel tersebut sama dengan nama tokoh di dalamnya: Veronika.

Post Title

Veronika


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/02/veronika.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls

Sebuah Desa Di mana Langit Begitu Dekat

    www.ucuagustinprosa.blogspot.com


    Di sini langit begitu dekat dan kabut bisa kau mainkan dengan ujung jarimu. Tak ada yang tak bisa disentuh, karena semua yang jauh tampak begitu dekat. Angin mendatangimu, matahari menyentuh pipimu, awan ada di ujung rambutmu dan bahkan kabut seolah bisa kau telan dan dia tetap bergumpal di dalam rongga dadamu, mengepulkan uap saat kau hembuskan ia kembali dari mulutmu.

    Ini desa memang di ujung gunung. Bukan hanya berada di tempat yang amat tinggi tapi aku tahu ada satu rahasia yang bahkan orang desa ini sekalipun belum tentu mengetahuinya. Desa ini, Sukanagara, memiliki sebuah lift yang tak terlihat. Aku sangat yakin dengan itu.

    Pada waktu-waktu tertentu, kadang kala desa ini bisa naik meninggi dan atap-atap rumahnya bisa merobek ujung terdasar langit. Bila saja kau ada di sini, aku yakin kau akan ternganga dan tak bilang aku bohong. Suatu sore yang tak kau kira, kau akan secara tiba-tiba bisa melihat seluruh kota terhampar di bawah teras rumahmu atau begitu saja kau mampu melihat laut berdebur dari tepi bingkai jendela kamarmu. Deburan yang tanpa suara, deburan yang lebih mirip seperti pemandangan dari ketinggian udara ketika kau melayang bersama pesawat Garuda saat kau membelah udara kalimantan, misalnya.

    Aneh juga rasanya, orang-orang desa ini begitu terbiasa dengan segala keajaiban desanya sampai sepertinya mereka sama sekali tidak merasakan keajaiban apapun di desanya.

    Tak ada yang dikerjakan warga di Sukanagara kecuali yang berkenaan dengan pohon dan perkayuan. Kayu-kayu di hutan-hutan. Kayu-kayu di ujung-ujung jalan. Kayu-kayu di tepi desa. Kayu-kayu ditebang. Suara gergaji listrik. Kayu-kayu dijual. Suara gemerincing uang. Kayu Rasamala, Albasiah, meranti, Jati, Puspa, Kasang, Mane’e, Jengjeng, Suren...

    Dan aku di sana, meski cuma beberapa hari saja.
    Sukanagara.
    Desa di mana langit begitu dekat dan ujung-ujung pohon bisa menusuk atap terendahnya. Desa di mana penduduknya lupa keajaiban namun keajaiban tetap setia dengan desanya. Desa tempat di mana kejaiban tinggal dan menjadi penghuninya.

    Bbbrr....
    Kau kedinginan?
    Jangan lupa bawa jaket dan selimut tebal.


    ***Catatan perjalanan di hari ke-4. Sukanagara, 5 Februari 2005

Post Title

Sebuah Desa Di mana Langit Begitu Dekat


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/02/sebuah-desa-di-mana-langit-begitu-dekat.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls

Anak Alam....

    BlogItemURL> www.ucuagustinprosa.blogspot.com



    “Aku ingin memilikinya meski cuma satu saja.”

    Bisik itu pernah tersembul tanpa sadar dari antara gumam tak jelas saat sebuah gambar muncul di tivi. Bayi-bayi dengan tangan kecil terkepal dan kulit lembut yang masih merah. Rambut-rambut halus kecil di kepala mungil dan bibir yang teramat tipis seolah akan meleleh bila sedikit air teh hangat saja tumpah di sana. Tangis kecil itu....

    “god, trust me. Give me, even just one. Give me one.sure not today”

    Mother calling?
    Hhhm... aku nggak mau denial. Mungkin iya.

    Dan mereka begitu lucu serta tak mampu diterka. Saat usia bertumbuh, kita lupa bagaimana rupa mereka sebelumnya. bagaimana bayi dan para balita itu dahulunya. Anak-anak kecil itu. Ponakan-ponakanku....

    (Aku tahu alarm keperempuananku telah lama berbunyi nyaring. Dan aku Cuma ingin sekedar mengumandangkan bunyi alarm dalam sukma itu ke dunia luar saja, barangkali. lewat tulisan ini, salah satunya)

    Ku tahu perjalananku kali ini menuju gunung bukan semata perjalanan memenuhi komitmen pada diri sendiri, tapi juga perjalanan mengunjungi tempat-tempat yang harusnya telah kukunjungi sebelumnya, namun ternyata belum juga sempat kukunjungi.

    Empat tahun.
    Selama itu aku belum pernah menjejakkan kaki di rumah kakakku dan melihat bagaimana lemari baju berantakan yang isinya baju-baju kecil keponakanku. Melihat bagaimana mereka sarapan di pagi hari dan betapa menyebalkannya mereka menjelang tidur pada jam sembilan malam.

    Sebulan sekali arisan keluarga. Setahun sekali lebaran idul fitri. Setahun sekali lebaran idul adha. Beberapa perayaan kelahiran. Beberapa pesta pernikahan. Kunjungan rutin dua mingguan Si A’asep ke rumah Mama....

    Yup, pada momen-momen itulah kami bertemu. Aku, saudara-saudara sedarahku, anak-anak mereka yang dewasa, anak-anak mereka yang kecil lucu. Anak-anak alam....

    Dan mereka kini telah besar. Aku mengujungi Cianjur juga akhirnya. Menjejakkan kaki lagi di sarang tempat kedua ponakanku tinggal.
    Mereka menjulukiku “anak Unyet,” dan kujuluki mereka julukan yang sama.

    Faris telah duduk di SD kelas satu, gigi depannya kini tanggal satu. Dia suka sekali kartun spongebob. Mila suaranya lebih nyaring dan ekspresinya makin tebal terlihat. Tiga tahun kurang empat bulan. Dan aku hanya berdo’a semoga kelak, bisa dianugerahi satu atau dua anak alam. Sebuah anugerah dan Kepercayaan dari kosmik yang sejujurnya aku amat khawatir tak bisa mengembannya dengan baik.

    (Hhhm... maybe this is the reason. Reason to say no to intercourse. Ah, who cares for the reason anyway!)


    ***Catatan perjalanan di hari kedua, rumah A’ asep, Cianjur 3 Februari 2005

Post Title

Anak Alam....


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/02/anak-alam.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls

And The Journey Begin ....

    BlogItemURL> www.ucuagustinprosa.blogspot.com

    And The Journey Begin
    Atawa Sebuah Lorong Berjalan yang tak Begitu Panjang.


    Pagi berdesir. Tak ada roda-roda yang berderak di atas rel itu. Hampir 20 menit. Dan aku tetap menunggu.

    Ada sesuatu yang telah berangkat lebih dulu, sebenarnya. Sebuah optimisme yang terlalu spontan, begitu kunamai ia yang berangkat lebih dulu itu. Dia yang memaksaku membuka kedua kelopak mata pada suatu pagi yang menurut ukuranku masih buta; jam 06.15. Dia yang memaksaku membasuh muka dengan air yang kerannya dia bukakan lebar-lebar saat aku sebenarnya masih ingin berada di atas tempat tidur yang hangat. Dia juga lah yang membuatku bergegas menuju stasiun Cikini dan terlongong dengan kertas karcis kereta ekonomi Bogor-Cikini seharga dua ribu lima ratus rupiah di genggaman tangan.

    "Saat kau ijinkan sesuatu yang asing memasuki dirimu, maka sesuatu yang asing lainnya juga akan menuntut untuk diijinkan memasuki dirimu juga."

    Dan yang lain-lain itu memang mendatangiku. Sebuah rasa asing yang jujurnya sih, kuharapkan semoga sering-sering mengunjungiku.
    Setelah optimisme spontan yang berkunjung pada suatu ujung malam menghampiri, keyakinan untuk serius mengerjakan sesuatu berdasarkan tuntutan diri sendiri atawa komitmen diri, terus menjalari semangatku dalam perjalan di sebuah lorong berjalan yang tak begitu panjang. Perjalanan dengan kereta yang pengap suasana dan penuh warna dialektika sosial.

    Perjalanan ini....

    Aku menerabas beberapa stasiun. Orang-orang berdiri. Tempat-tempat yang tertinggal. Orang-orang yang turun dari gerbong. Orang-orang yang masuk ke gerbong. Semua dagangan, segala komunikasi dengan aneka bahasa. Aku mengalami gelegak atmosfir yang penuh di dada. Aku menghirupnya dalam dan menikmati setiap tarikannya. Suara pengemis, musik pengamen, teriakan pedagang, tangis anak kecil, keluhan penumpang yang tak kebagian tempat duduk.

    Apa yang bisa kuharapkan dari sebuah perjalanan kecil menuju komitmen yang dibuat sendiri? Tentu saja biaya perjalanan ini tak ada yang bisa ku re-imburse, ini bukan perjalanan tugas sebuah perusahaan atau lembaga sosial tempatku pernah bekerja. Mungkin juga tak ada yang akan membaca hasil riset kecilku, kelak. Kami hanya bekerja bertiga. Dan tentu saja dari tiga orang itu, aku yang paling pasti dan menggebu. Tak ada yang mudah dalam mewujudkan ide. Maka ku tempuh saja perjalanan ini, sebuah perjalan untuk memberi tubuh pada ide. Upaya untuk membuktikan pada diri sendiri, bahwa setidaknya aku serius.

    Ya, di lorong berjalan yang tak begitu panjang itu, aku telah menetapkan hati kalau film dokumenter itu harus jadi! Harus! Meski nggak tahu uangnya dari mana. Meski mungkin, Erik atau Syarif akan mengundurkan dirinya di tengah proses. Meski mungkin kengototan pembuktian diri itu harus meredup bila ternyata di tengah jalan aku tak berdaya berjalan sendirian...

    But this is just a journey.
    A journey in a big hole named life.
    And my journey has just begin....


    (Catatan perjalanan di hari pertama,
    kereta ekonomi cikin-bogor, 2 Februari 2005)


    NB: Naiklah kereta ekonomi dalam jarak dekat, sekali saja. Dan kau akan mendapati kenyataan, bahwa dengan cuma duduk di salah satu bangkunya, kau akan tahu hidup itu apa.


    Saran ahli:
    Untuk perjalanan jauh macam yogya atau surabaya atau bandung. Ya teteb naik eksekutif. VIP kalau bisa ya bow ;)


    PS:
    Tapi NB yang di atas itu seroius!@ Sangat serius!
    Nikmati hidup tanpa melupakan kehidupan adalah cara bijak yang ku tempuh sekarang.
    (Hehehe, mumpung bisa dengan royal menghamburkan waktu tanpa diburu sesuatu nih ceritanya. Waktuku yang mewah. Waktuku yang bernyawa dalam tiap detiknya. Semoga tak ada waktu mati untuk ku)

Post Title

And The Journey Begin ....


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/02/and-journey-begin.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls

finding never land?

    BlogItemURL> www.ucuagustinprosa.blogspot.com



    sepertinya aku akan melakukan apa yang telah dilakukan mr. barrie.

    mengadopsi sebuah kisah yang telah mengilhaminya, lantas mejadikannya sebagai "sesuatu"

    the he find "neverland"

    tapi perlukah meminta izin?



    Peter pan

    diadopsi dari cerita 4 bocah lelaki yang tak ingin bertumbuh

    bocah yang jadi legenda

    bocah yang hidup (rasanya) hampir dalam tiap tubuh kita

    manusia dewasa yang tak bisa lepas dari cara berprosesnya sebelum keadaan "kini"



    tentang mengadopsi kisah yang kita miliki dan menuliskannya dalam bentuk yang lain... Hhmm, sepertinya itu model terbaik dalam menulis. Kita mengenal dan sekaligus sangat tahu apa yang kita tulis. Tapi bagaimana dengan objek tulisan kita?



    meramu fiksi dan fakta. mengaduk secara lembut antara yang tak nyata dan realita. dimanakah batasannya? akankah menyinggung seseorang? haruskah memintanya menjadi pembaca pertama? dimana letak indepensi sebagai penulis?



    Ada dua opsi judul yang masih harus dipilih:

    a little pray for u

    or

    close to you



    hhhm...

    ngepop abis sih (ini cara termudah _untuk sementara_ menulis buku yang susah. stairway to heaven lah hitungannya.





Post Title

finding never land?


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/01/finding-never-land.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls

Di sini

    aku memetik seikat angin yang lewat berbondong di depanku
    yang kutemukan adalah gurat nadi di telapak

    aku mengikat sekawanan awan yang menghalangi udara yang kuhembus
    yang menamparku adalah matahari

    aku melaju di atas sekeping air yang mendekatiku dalam bah yang luka
    yang menyentuhku adalah urap nafas dewa

    maka aku diam saja di sini
    di sini yang adalah tak di mana-mana

Post Title

Di sini


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/01/di-sini.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls

Hhhm.... What next, Tolstoy?

    BlogItemURL> www.ucuagustinprosa.blogspot.com



    belum bikin catatan tentang yang udah lewat di penghujung 2004 & yang akan dilakukan di 2005 yah?



    Hhhmmm...

    gak tahu lagi apa yang mesti dibilang deh.



    usia 28 tahun

    wajah ngepas

    hati hancur

    emosi kadang labil

    pemikiran loncat-loncat (jadi inget bakso loncat)

    belum ada pacar

    susah suka laki (tapi bukan lesbian juga)

    baru saja merasa bisa jatuh cinta lagi, eh do'inya seorang gay yang dah mapan (ihiks, dah bikin pengakuan ke dia dan dah tutup buku juga seh ;-D kalau gue sama dia, ya lesbian dooong ;-)

    baru saja mengakhiri kontrak kerja (pengangguran deh)

    bercita-cita nggak kerja dulu dua bulan (biar jadi raja & pemimpin di kehidupan gue sendiri dulu ceritanya seh. biar independen dari cengkraman industri dan kapitalisme. ihiks)

    lagi bikin novel tapi baru 2 chapter

    mau bikin film dokumenter tapi nggak ngerti tekhnik kamera dan harus single fighter

    habis-habisan ngeberesin kamar dan jadiin itu ruangan sebagai tempat kerja

    harus cari-cari warnet murah karena kini gak bisa pake layanan kantor lagih

    dan entu saja mencoba mengail ide

    plus tentu doooooooooooooooooooong

    gue pengen jalan-jalan dulu ah!



    ke aceh?

    aih..........

    itu sih namanya ziarah kubur kali yeeeee...



    PS:

    luv u ucu!





Post Title

Hhhm.... What next, Tolstoy?


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/01/hhhm-what-next-tolstoy.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls
Cpx24.com CPM Program

Popular Posts

My Blog List

Blog Archive

Total Pageviews