Aih...
kebayang nggak sih, gue digodain berondong?
Hhhm...
"Tomboy!" seseorang menyebut itu. Nggak tahu siapa yang dimaksud. Gue nggak noleh.
"Tomboy!" seorang lelaki sekelabat gue lihat dari belakang windshield bus kota arah Manggarai-Pulo Gadung yang gue tumpangi. Kali ini gue mulai ngeh, anak cowok yang tadi ngetuk-ngetuk koin ke bus dan manggil-manggil penumpang itu, manggil gue. Gue cuek. Maunya apa sih? Paling iseng...
"Tomboy!" Buset dah! tiga kali sudah dia nyebut kalimat itu, gue terusik juga.
emang penampilan gue tomboy amat, apa? sampai tiga kali gitu dia manggil gue dan gue cuekin juga dia nggak ngaruh. Dan bener...
"Kak! Kakak tomboy!"
Anjrit! Gile bener nih anak! Jadi beneran gue yang dimaksud? Gue ngelirik dia sekilas dan pasang muka nggak seneng. Apa sih mau luh? itu yang pengen gue bilang dengan memasang tampang itu.
"Hey ka! Kakak dari mana?"
Buset dah! sekarang dia bener-bener ngajakin gue face to face. Mukanya tepat berada di bawah kaca jendela gue. Ngajak gue ngobrol. Nggak jelek... kulitnya lumayan bersih, cukup putih, rambutnya ikal lembut agak panjang diikat ke belakang. Pake kaos putih, celana jeans dan sendal gunung.
"Habis kerja apa baru pulang kuliah Kak?" Dia nanya lagi.
Sumpah, man!
Gue bingung...
Ini anak nekad banget sih? maunya apa?
"Habis kerja!" Sebenarnya gue bingung juga harus ngejawab apa? Gue kan sekarang nggak kerja alias freelance aja. nggak punya kantor. Tapi memang gue baru pulang rapat dari apartemen permata senayan, rapatin buku yang sekarang lagi gue garap.
"Di manggarai ya kerjanya?" anak cowok rambut lembut itu terus nyecer gue.
"Hhhm..." gue garuk-garuk kepala sambil agak-agak bingung sama senyum-senyum. Dia senyum-senyum juga.
"Gimana ya... iya deh dari manggarai," gue nggak pengen capek-capek ngejelasin semuanya ke dia. Ngapain, coba?
"Pasti lupa yah, kita kan sudah pernah ketemu," anak itu bener-bener tersenyum sama gue, sekarang. Aih... basi banget nggak sehh...?? Itu kan jurus kenalan terkampungan dan terkuno yang temen-temen cowok gue dulu lakukan. Tapi dalam hati gue tersenyum juga. Lucu juga, manis juga nih anak. Ha ha ha ha... apaan sih gue?
"Iya gue tahu, kakak pasti lupa kan? gue sering lihat kakak, lagi. dikirain anak-anak IKJ sini!" dia garuk-garuk kepala sekarang. Gue dengerin aja. "Eh ternyata bukan," dia terus saja berusaha ngajak gue ngomong. "gayanya itu lho!" Dia nunjuk gelang manik hitam gue. Gue cuma senyum. Tapi tiba-tiba ide berkelebat...
"Eh, kamu sendiri kerja apa sekolah?" Tiba-tiba kini gue balik nanya.
Ada maksud sih...
Giliran dia kali ini yang garuk-garuk kepala. "kerja Kak," Katanya.
"Di mana?"
"Di sini!" Dia senyum lagi. "Nongkrong-nongkrong di sini saja! sama teman-teman" Di sini maksudnya itu adalah setopan lampu merah depan megaria. Tempat bus gue berhenti. Tempat dia manggil-manggil penumpang buat datang dan naik bus terus mintain komisi ke kondektur bus buat jasanya manggilin penumpang.
"Teman-teman kamu di sini juga? Berapa banyak?" Gue kayaknya mulai agak gile juga deh. He he he... beberapa orang penumpang gue sadar mulai menoleh ke gue yang ngelayanin ngomong anak itu.
"Iya Kak, beberapa orang." Kelihatan banget dia senyum seneng sekarang.
Dalam hati gue agak kege'eran, He he he... gue pernah sangat seneng waktu orang yang gue demen kirim sms ke gue. Mungkin ini juga yang dirasain anak itu, merasa sangat seneng saat orang yang dia seneng melayani omongannya. Aih... gue kege'eran kan? ;)
"Jadi tiap hari, lu sama temen-temen rata-rata nongkrong di sini?" Sekarang gue mulai berani beneran. Anak itu menganggukkan kepalanya.
"Eh, kapan-kapan kita ketemu lagi lu mau?" Buset dah! kini kedengerannya seperti gue yang gokil yah? Dan anak itu tersenyum. Tapi sebelum senyumnya jadi tambah mekar, gue langusng bilang maksud gue.
"Lu mau, kalau kapan-kapan kita bikin film, tapi nggak dibayar?"
Nah lu! Kali ini gue ngelihat dia mulai heran dan bingung.
"Iya, film independent. Nggak dibayar. nggak ada duitnya." dan mulai lah gue menebar misi. "Gue ada kamera, gue punya temen beberapa anak IKJ, kita bisa bikin cerita. Lu sama temen-temen lu yang main, tapi nggak ada duitnya. Mau?" Gue lihat si anak masih bingung.
"Mau, deh, mau..." Tapi di antara kebingungannya, dia akhirnya cepet-cepet mutusin buat ngomong kalau dia mau.
Gile yah gue? apa coba maksudnya?
Tapi sebelum gue sempet bilang, "Ya udah, kapan-kapan ntar gue hubungi lu" atau "kita kita lagi deh, nanti" bus yang gue tumpang udah melaju. Anak itu bahkan lupa mintain duit jasa ke kernet bus dan gue lihat dari ujung mata, kalau badannya sempat oleng. Tangan anak itu menopang ke badan bus. Begitu bus bergerak, badannya yang belum siap, langsung tertarik gravitasi. agak terjerembab sedikit.
He he he...
Gue nggak noleh sama sekali.
Gue nggak lihat ke belakang lagi.
Dan bus gue terus melaju....
selama perjalanan menuju Utan kayu gue senyum-senyum sendiri.
Anak itu cukup manis dan "bersih"
Gue nggak tahu motif dia apa manggil-manggil gue.
Tapi yang jelas, karakter mukanya sih lembut.
sejauh ini, cowok-cowok yang pernah deket ke gue sih, punya karakter yang begitu: rada feminim alias meski lelaki tapi tekstur mukanya "lembut".
Gue sendiri nggak ngerti kenapa dia harus manggil gue?
Mungkin karena gue duduknya paling deket ke jendela.
Mungkin dia biasa iseng begitu.
Mungkin juga dia ngelihat penampilan gue cowok banget. rambut pendek. kaos hitam. Gelang hitam. celana hitam. sepatau hitam. tas hitam..
Tapi kan...
Jelas banget, secara penampakan pastilah dia sadar kalau gue lebih tua dari dia. Paling tua juga tuh anak usianya 21 tahun.
Sedangkan gue? He he he... Agustus ntar, akan jadi 29 tahun :)
kenapa dia tertarik manggil-manggil gue?
Gue jadi inget mia...
kemarin mia cerita tentang dua pasangan di salon.
yang satu tante-tante dengan anak muda dekil yang rambutnya gondrong tapi lagi dibikin trendi. rambut anak itu dipotong gaya, dicat, di layer, dengan potongan rambut atas perintah si tante. satu lagi, kalau nggak salah denger... Hhhm... apa yah? ih... kok gue lupa sih? Ya Pokoknya gitu lah....
Gue juga jadi inget Dafi temannya Eka yang cerita kalau dia beberapa waktu lalu ngejar seorang cewek dan merasa jatuh cinta sama cewek tersebut. Melihatnya begitu saja di bus, dan langusngmemtuskan untuk ikut turun pas cewek tersebut turun. Nyamperin. Nanya nama. Ngajak kenala. Minta no telpon dan benaran nelpon itu cewek dua hari berturut-turut...
Jadi inget Eka juga. Lagi patah hati, dan curhat tentang calon-calon pengganti. mencoba mengobservasi para kandidat. nasehat gue tentang No hurry love...
jadi inget anak itu...
hehehe...
aih...
dasar berondong...
Dan gue?
Gue akhirnya di sini.
dibelakang layar komputer di warnet rawamangun.
menulis semua yang baru aja terjadi.
:)
kebayang nggak sih, gue digodain berondong?
Hhhm...
"Tomboy!" seseorang menyebut itu. Nggak tahu siapa yang dimaksud. Gue nggak noleh.
"Tomboy!" seorang lelaki sekelabat gue lihat dari belakang windshield bus kota arah Manggarai-Pulo Gadung yang gue tumpangi. Kali ini gue mulai ngeh, anak cowok yang tadi ngetuk-ngetuk koin ke bus dan manggil-manggil penumpang itu, manggil gue. Gue cuek. Maunya apa sih? Paling iseng...
"Tomboy!" Buset dah! tiga kali sudah dia nyebut kalimat itu, gue terusik juga.
emang penampilan gue tomboy amat, apa? sampai tiga kali gitu dia manggil gue dan gue cuekin juga dia nggak ngaruh. Dan bener...
"Kak! Kakak tomboy!"
Anjrit! Gile bener nih anak! Jadi beneran gue yang dimaksud? Gue ngelirik dia sekilas dan pasang muka nggak seneng. Apa sih mau luh? itu yang pengen gue bilang dengan memasang tampang itu.
"Hey ka! Kakak dari mana?"
Buset dah! sekarang dia bener-bener ngajakin gue face to face. Mukanya tepat berada di bawah kaca jendela gue. Ngajak gue ngobrol. Nggak jelek... kulitnya lumayan bersih, cukup putih, rambutnya ikal lembut agak panjang diikat ke belakang. Pake kaos putih, celana jeans dan sendal gunung.
"Habis kerja apa baru pulang kuliah Kak?" Dia nanya lagi.
Sumpah, man!
Gue bingung...
Ini anak nekad banget sih? maunya apa?
"Habis kerja!" Sebenarnya gue bingung juga harus ngejawab apa? Gue kan sekarang nggak kerja alias freelance aja. nggak punya kantor. Tapi memang gue baru pulang rapat dari apartemen permata senayan, rapatin buku yang sekarang lagi gue garap.
"Di manggarai ya kerjanya?" anak cowok rambut lembut itu terus nyecer gue.
"Hhhm..." gue garuk-garuk kepala sambil agak-agak bingung sama senyum-senyum. Dia senyum-senyum juga.
"Gimana ya... iya deh dari manggarai," gue nggak pengen capek-capek ngejelasin semuanya ke dia. Ngapain, coba?
"Pasti lupa yah, kita kan sudah pernah ketemu," anak itu bener-bener tersenyum sama gue, sekarang. Aih... basi banget nggak sehh...?? Itu kan jurus kenalan terkampungan dan terkuno yang temen-temen cowok gue dulu lakukan. Tapi dalam hati gue tersenyum juga. Lucu juga, manis juga nih anak. Ha ha ha ha... apaan sih gue?
"Iya gue tahu, kakak pasti lupa kan? gue sering lihat kakak, lagi. dikirain anak-anak IKJ sini!" dia garuk-garuk kepala sekarang. Gue dengerin aja. "Eh ternyata bukan," dia terus saja berusaha ngajak gue ngomong. "gayanya itu lho!" Dia nunjuk gelang manik hitam gue. Gue cuma senyum. Tapi tiba-tiba ide berkelebat...
"Eh, kamu sendiri kerja apa sekolah?" Tiba-tiba kini gue balik nanya.
Ada maksud sih...
Giliran dia kali ini yang garuk-garuk kepala. "kerja Kak," Katanya.
"Di mana?"
"Di sini!" Dia senyum lagi. "Nongkrong-nongkrong di sini saja! sama teman-teman" Di sini maksudnya itu adalah setopan lampu merah depan megaria. Tempat bus gue berhenti. Tempat dia manggil-manggil penumpang buat datang dan naik bus terus mintain komisi ke kondektur bus buat jasanya manggilin penumpang.
"Teman-teman kamu di sini juga? Berapa banyak?" Gue kayaknya mulai agak gile juga deh. He he he... beberapa orang penumpang gue sadar mulai menoleh ke gue yang ngelayanin ngomong anak itu.
"Iya Kak, beberapa orang." Kelihatan banget dia senyum seneng sekarang.
Dalam hati gue agak kege'eran, He he he... gue pernah sangat seneng waktu orang yang gue demen kirim sms ke gue. Mungkin ini juga yang dirasain anak itu, merasa sangat seneng saat orang yang dia seneng melayani omongannya. Aih... gue kege'eran kan? ;)
"Jadi tiap hari, lu sama temen-temen rata-rata nongkrong di sini?" Sekarang gue mulai berani beneran. Anak itu menganggukkan kepalanya.
"Eh, kapan-kapan kita ketemu lagi lu mau?" Buset dah! kini kedengerannya seperti gue yang gokil yah? Dan anak itu tersenyum. Tapi sebelum senyumnya jadi tambah mekar, gue langusng bilang maksud gue.
"Lu mau, kalau kapan-kapan kita bikin film, tapi nggak dibayar?"
Nah lu! Kali ini gue ngelihat dia mulai heran dan bingung.
"Iya, film independent. Nggak dibayar. nggak ada duitnya." dan mulai lah gue menebar misi. "Gue ada kamera, gue punya temen beberapa anak IKJ, kita bisa bikin cerita. Lu sama temen-temen lu yang main, tapi nggak ada duitnya. Mau?" Gue lihat si anak masih bingung.
"Mau, deh, mau..." Tapi di antara kebingungannya, dia akhirnya cepet-cepet mutusin buat ngomong kalau dia mau.
Gile yah gue? apa coba maksudnya?
Tapi sebelum gue sempet bilang, "Ya udah, kapan-kapan ntar gue hubungi lu" atau "kita kita lagi deh, nanti" bus yang gue tumpang udah melaju. Anak itu bahkan lupa mintain duit jasa ke kernet bus dan gue lihat dari ujung mata, kalau badannya sempat oleng. Tangan anak itu menopang ke badan bus. Begitu bus bergerak, badannya yang belum siap, langsung tertarik gravitasi. agak terjerembab sedikit.
He he he...
Gue nggak noleh sama sekali.
Gue nggak lihat ke belakang lagi.
Dan bus gue terus melaju....
selama perjalanan menuju Utan kayu gue senyum-senyum sendiri.
Anak itu cukup manis dan "bersih"
Gue nggak tahu motif dia apa manggil-manggil gue.
Tapi yang jelas, karakter mukanya sih lembut.
sejauh ini, cowok-cowok yang pernah deket ke gue sih, punya karakter yang begitu: rada feminim alias meski lelaki tapi tekstur mukanya "lembut".
Gue sendiri nggak ngerti kenapa dia harus manggil gue?
Mungkin karena gue duduknya paling deket ke jendela.
Mungkin dia biasa iseng begitu.
Mungkin juga dia ngelihat penampilan gue cowok banget. rambut pendek. kaos hitam. Gelang hitam. celana hitam. sepatau hitam. tas hitam..
Tapi kan...
Jelas banget, secara penampakan pastilah dia sadar kalau gue lebih tua dari dia. Paling tua juga tuh anak usianya 21 tahun.
Sedangkan gue? He he he... Agustus ntar, akan jadi 29 tahun :)
kenapa dia tertarik manggil-manggil gue?
Gue jadi inget mia...
kemarin mia cerita tentang dua pasangan di salon.
yang satu tante-tante dengan anak muda dekil yang rambutnya gondrong tapi lagi dibikin trendi. rambut anak itu dipotong gaya, dicat, di layer, dengan potongan rambut atas perintah si tante. satu lagi, kalau nggak salah denger... Hhhm... apa yah? ih... kok gue lupa sih? Ya Pokoknya gitu lah....
Gue juga jadi inget Dafi temannya Eka yang cerita kalau dia beberapa waktu lalu ngejar seorang cewek dan merasa jatuh cinta sama cewek tersebut. Melihatnya begitu saja di bus, dan langusngmemtuskan untuk ikut turun pas cewek tersebut turun. Nyamperin. Nanya nama. Ngajak kenala. Minta no telpon dan benaran nelpon itu cewek dua hari berturut-turut...
Jadi inget Eka juga. Lagi patah hati, dan curhat tentang calon-calon pengganti. mencoba mengobservasi para kandidat. nasehat gue tentang No hurry love...
jadi inget anak itu...
hehehe...
aih...
dasar berondong...
Dan gue?
Gue akhirnya di sini.
dibelakang layar komputer di warnet rawamangun.
menulis semua yang baru aja terjadi.
:)
Post Title
→Hhm... Berondong? He he he...
Post URL
→https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/04/hhm-berondong-he-he-he.html
Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls