Powered by Blogger.

Cecil

    Sup babi kacang merah. Dua gelas teh panas. Pagi baru menyembul di luar jendela. Cabe-bawang ala Dabu dimasukkan. Kepedesan. Kutuang aqua dingin yang baru saja ditarik Cecil dari ice box. Kita ngikik sedikit. obrolan mengalir. Kacang merahku habis, kuahnya masih menggenang. Daging babinya kuberikan ke mangkuk Cecil. Dan perempuan mungil itu menyantapnya. Menyisakan sarapannya sedikit. Kami meneguk teh tawar hangat. Sarapan selesai.

    Dapur itu berantakan. Tumpukan piring kotor yang beberapa di antaranya telah berjamur tergelatak tak beraturan. Menjadi kombinasi yang meriuhkan pemandangan. Gelas kosong dengan sisa kopi yang mengerak. Straw, penyedot minuman yang entah habis digunakan setelah menyeruput apa. Pisau dapur. Beberapa pan snack dari keramik. Aroma tak sedap yang menguar dari bau sisa makanan yang lama tak dibuang.

    "Ku bantu deh."

    Dan kami mulai bekerja.

    Rasanya mungkin seperti ini menjadi keluarga. Itu yang dulu kerap aku dan Idaman katakan kalau mencuci piring bersama. Salah satu dari kami membilas. Yang lainnya menggosok. Mengeringkan cucian dan memasukkannya ke dalam rak. Dan pagi ini Aku dan Cecil kembali melakukannya.

    Bau busuk itu agak mengganggu. Berkali kulihat Cecil mengerinyutkan hidungnya yang kecil. Jorok! untung nggak ada belatung.

    "Dari sejak gue pergi ke jogja, kali nih nggak dicuci."
    Dan Ia pun membuang kotoran yang menempel di tabung saring wastafel tempat cuci piring.
    "Baunya kayak obat pengeriting ya?"

    Dan Cecil tertawa.
    "Ha ha ha, Iya bow! Bisa keriting rambut nih kita!"

    "Gue pikir cuma gue doang yang ngerasa gitu, nggak tahunya lo juga, Ha ha ha."
    Dan kami tertawa lagi.

    Rasanya menyenangkan bisa tertawa di pagi hari. Rasanya menyenangkan memiliki teman berbagi ketika usia hari masih bayi.

    "Mungkin Cil, obat pengeriting rambut itu terbuat dari aneka kebusukan. Hal-hal yang sudah bau. Kayak kotoran ini."

    "Dikumpulkan dalam suatu pabrik. Dimampatkan. Dimasukkan dalam botol. Dikemas. Didistribusikan ke salon-salon. Dan bahkan ketika rambut diolesi krim tersebut oleh para bencong, ia pun bisa menjadi curly saking eneknya. Garing bow!. Gue kok dilumuri hal yang bau dan kotor kayak gini yah? Begitu kali, kata rambut."


    Dan kami tertawa lagi.

    Sambil terus menggosok piring dengan cairan pembersih, Cecil bicara tentang hal yang membuatku pura-pura nggak dengar tapi sebenarnya cukup menghentak. Mungkin karena hal itu membuaku merasa tersanjung. Mungkin karena hal itu justru membuatku berpikir, benarkah yang dikatakannya?

    "Bener kata Idaman, Ucu itu indah."
    Dan aku hanya diam saja. Really? Tapi mengapa begitu banyak hal-hal kotor dalam diri gue? Kemarahan. Egoisme. Sedih tak berujung. Sampah kata. Bahkan aku tak mampu memelihara hubungan. Terasing. Kesepian. Dan semuanya bukan tanpa alasan. You vote, You decided! Begitu kata anak MTV. Gue sendiri yang memilih, gue sendiri yang memutuskan demikian.

    Ah Cecil...

    Kamu tak tahu, tadi pagi jam 06.30 aku mengirim pesan pendek ke seorang teman. Membuat laporan untuk hatinya yang juga tengah rapuh.

    Pagi. Tidur dan berbagi bersama teman, rasanya nyaman. Semalaman kami mengobrol dan dia masih mendengkur lembut di sampingku, niy. Cecil juga punya masalah baru. Dia belum bisa pulang sepenuhnya dari Yogya. Masih ada yang tertinggal di sana. Tapi hope everything gonna be alright. Untuk Kamu, aku, Cecil dan semua orang di dunia yang memiliki masalah emosi. Take care teman tersayangku.

    Dan Cecil,
    Aku memang beruntung bisa memiliki malam tadi. Melihat pipimu merona merah saat kamu membicarakan dia. Bicara tentang kita yang selalu tampak ingin tegar tapi sesungguhnya serapuh gelas kristal. Benci sekaligus suka pada sikap kita. Dan mengomentari orang-orang yang tak bisa terbaca yang ternyata kita takuti.

    "Orang-orang yang tak pernah memperlihatkan gejala-gejala. Mereka yang tak mampu memberitahu keluar signal-signal yang mereka rasakan. Entah memang karena orangnya begitu atau karena justru ia sengaja berpolitik dengan cara begitu. Itu benar-benar orang yang menakutkan ya Cu!"

    "Yo'i! Tiba-tiba mereka ngamuk, aja! Atau tiba-tiba mereka bunuh diri, aja! Hiiiy... Meski kadang suka nggak suka sama kita yang kayak gini, ini. Ekstrovert dan ekspresif. Tapi Kadang gue bersyukur Cil, kita masih bisa memperlihatkan emosi yang kita punya. Meski juga suka sebel karena hal itu sering bikin kita jadi orang gegabah dan membuat orang lain jadi bisa cepet baca kita,"
    Dan kita mengangguk-angguk.


    Cecil, Apakah kau merasakannya?


    Rasanya tabungan masalah kita semakin bertambah. Dan perjumpaan adalah cara kita mencairkannya. Tak harus dipaksa. Kalau Cecil lagi nyaman dan sedang doyan naracap sama sang pacar, misalnya. Aku tak mau mengganggu. Kalau aku lagi ada urusan dan tak sempat mengurusinya atau lama tak bisa kontak, Cecil juga mengerti. Toh kalau ada masalah, dia pasti akan mencariku. Seperti Dmitri, seperti Paul, seperti Ade, seperti beberapa orang lainnya. Seperti Jo, seperti Odie, seperti orang-orang yang biasa berbagi denganku. Dan aku pun begitu. Aku akan mencari Cecil. Akan mencari mereka para argonoutsku, bila aku butuh obat. Butuh penenang.


    Mereka memberiku rasa aman. Dan bahkan setelah ikan di laut telah terkuras. Para argounouts ini, masih sudi menemaniku berlayar. Mengarungi kerontang. Menjadi penawar kesepian.Freee!!! Tanpa bayar ;P


    Semalam aku bicara hal ini pada pada Cecil.

    Mungkin yang kuhadapi ini masalah orang paruh baya, kali ya. Masalah perempuan yang akan memasuki usia kepala tiga.

    Tapi sebenarnya tidak. bukan itu masalahnya (Dan memang telah kita telah berkali membahasnya). Ini bukan masalah orang berkepala tiga, berkepala harimau atau berkepala rusa. Tidak. Masalah ini, Cecil, seperti yang telah kita bahas bersama adalah: masalah keterasingan dan kesepian. Adalah masalah dari resiko menjadi manusia.

    Jangan kita bilang tak pernah memilih jadi manusia. Rasanya ucapan itu hanya semacam usaha mencari-cari siapa yang salah. Sungguh bukan pemecahan dari suatu masalah.

    Sekarang Cari saja jalan atau cara keluar ketika kita telah jadi manusia dan tiba-tiba masalah yang abadi yang hampir dimiliki setiap manusia menghadang: kesepian, keterasingan, cinta, kesedihan, kematian, kebahagiaan, pilihan-pilihan di persimpang, kegembiraan.

    Ah, Cu. Yakinkah kamu bahwa hal-hal yang membawa kesenangan juga adalah masalah?

    Bagiku ya. Karena kebahagiaan bukan anugerah. Ada hal yang telah kita korbankan sebelum akhirnya kita mencerap bahagia. Atau ada yang harus kita bayar, yang diam-diam mulai bekerja menagih, pada senyum pertama saat kebahagiaan rekah di bibir kita. Bersiaplah! Karena bahkan sependek-pendek kebahagiaan ada harganya...

    Tapi Cecil,
    Aku senang kita bisa memiliki waktu, tadi malam.
    Kamu salah satu obat penawarku. Bahkan setelah kemarin kutelan pil kejujuran yang rasanya pahit dan berakibat pada kehilangan. Sisa pahitnya masih bisa kurasakan sampai sekarang...

    Cecil,
    Doakan semoga aku sehat ya. (Aku berdoa hal yang sama untukmu dan semua argonouts-ku)


    Karena seperti cerita yang kau baca di taksi tadi pagi.
    Aku cuma mau berusaha sembuh.
    Tidak harus sehat, tapi cukup sedikit sembuh saja.


    Penyakit ini begitu banyak, sayangku...
    Kadang aku tak punya cukup obat pain killer untuk sekedar bisa menghilangkan sakitnya meski dalam waktu sementara. Aku tak punya cukup obat...

    Cintaku untuk para Argounouts...)meski aku bukan Jason)

Post Title

Cecil


Post URL

https://gallerygirlss.blogspot.com/2005/09/cecil.html


Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls
Cpx24.com CPM Program

Popular Posts

My Blog List

Total Pageviews