I LOVE YOU, EDWARD… (*part_3)
Vampire Groupie, Be With me…
__________________________________
Mereka disebut: Fang Bangers.
Kegiatannya: berkumpul dan selalu berada di tempat para vampir biasanya muncul dan berpesta.
Harapan mereka: digigit vampir.
Impiannya: menjadi abadi, muda selamanya.
Ciri-cirinya: memiliki gigitan di leher atau arteri. Selain minum alcohol,
mereka juga doyan: V-juice.
Untuk membela hak para vampir mereka mendirikan: V Foundation.
Yang diperjuangkan: persamaan hak para vampir untuk secara hukum bisa setara dengan manusia + memperjuangkan legalitas pernikahan beda klan antara mahluk manusia-mortal dan mahluk vampir-immortal.
Dan yeah… sekarang saya telah jadi salah satu anggotanya: Fang Banger, seorang vampire groupie. Hihihihi.
Gara-gara penasaran sama sosok Edward Cullen, selain membeli New Moon (lanjuran novel TWILIGHT) dan menyelesaikan membacanya dalam waktu kurang dari 2 hari, saya pun berkelana di Ratu Plaza. Mengikuti kalimat yang dipesankan Lucky--salah seorang teman saya. Katanya, “Bila kau naksir vampir, carilah true blood”, dan dengan harapan saya bisa tahu lebih banyak dunia dan kehidupan Edward Cullen—vampir impian saya—saya pun bertanya pada si mbak penjual DVD bajakan.
+ Mbak, ada True Blood?
-Bentar ya.
(si mbak mencari, saya liat-liat DVD)
-ini mbak, tinggal 1. Cuma 1 season.
+ dicoba dulu, boleh?
(si mbak memasukkan keeping cakram ke player, saya mencermatinya)
+Sip. Gambar sama subtitle nya dah bagus.
(saya membayar, kemudian pergi melenggang)
Dan kemarin, dengan happy—ketika orang-orang pada liburan natal dan akhir tahun, saya bersantai sendiri di tempat tinggal saya yang berangin di Utan Kayu, Saya intip dunia itu. Dari jam 8 pagi sampai jam 23.10 malam. Tanpa henti, dengan sesekali diselingi makan roti dan pop mie, saya mencoba mengamati dan menyelusurinya: dunia kaum penghisap darah.
Meski ‘True Blood’ bukan dunia vampire yang sama dengan TWILIGHT—dunia vampir Edward, tapi apapun informasi atau kisah yang bisa mendekatkan saya ke dunia cowok immortal yang lagi saya gandrungi sekarang, bagi saya itu nggak masalah. Sekecil apa pun informasinya, saya pikir itu amat berharga dan bernilai buat saya sekarang. Karena nggak bisa dipungkiri lagi. Saya perduli dengan dia: Edward. Karena saya tahu bahwa rasa perduli saja nggak cukup kalau saya nggak tahu apa-apa tentangnya. Dan saya tahu, satu-satunya cara untuk bisa tahu dunia Edward adalah hanya dengan mengenalnya.
Mengetahui adalah mengenal, itu salah satu pengetahuan paling standar yang telah saya dapatkan dari berbagai pelajaran hidup dan yang saya baca dari kehidupan orang-orang. Tapi masalahnya sekarang, bagaimana saya bisa mengenal dia padahal kami beda dunia? Bagaimana saya bisa mengenal Edward sementara kami nggak pernah atau malah mungkin nggak bakal bisa untuk saling bertemu selamanya?
Duh, rasa frustasi itu…
Dia menendang saya dengan keras sampai rasa sakitnya membuat saya nggak bisa tidur pulas…
“jangan patah hati, ucu,” seru batin saya menyemangati.
“ucu nggak gampang menyerah,” balas bisikan di kepala saya.
“kita nggak butuh ucapan tolol,” erang sang batin yang rupanya mulai kesal, “ayo sekarang buktikan saja!” tantangnya.
Maka apapun itu yang mungkin atau tidak mungkin saya dapatkan. Meski cuma keping-keping cuplikan pengetahuan yang berarti atau bahkan bisa saja cuma sampah, melalui True Blood, saya berniat untuk mendapatkannya.
Maka saya pelototi bulat-bulat setiap episode yang terpampang di layar TV. Saya telan saja segala informasi tentang dunia vampir yang ada di True Blood dan berharap itu bisa membuat saya mengetahui serta mengenal lebih dekat dunia Edward…
Dan inilah beberapa catatan yang saya dapatkan:
Di dunia Vampir ‘True Blood’, kehidupan para vampir berjalan lebih maju dan lebih moderat tinimbang kehidupan di dunia vampir Edward. Di sana para vampir telah hidup di antara manusia dengan terbuka. Untuk melindungi manusia supaya tidak menjadi makanan atau penghilang rasa haus para vampir yang mengerikan, telah dijual secara legal darah sintetik yang rasanya menyerupai darah sungguhan. ‘True Blood’, demikian mereka menyebutnya. Dan seumpama daftar menu makanan/minuman di restoran, para vampir bisa memilih rasa yang dikendakinya secara suka-suka. Ada ‘O’ negatif, A, B, dan tentu saja tak ada golongan darah C (golongan darah ini belum ditemukan, dude. Ingat!)
Selain hal tersebut di atas, para vampir di True Blood juga memiliki tempat hang out yang telah dikenal di seluruh kota. Bar itu bernama Fangtasia. Setiap region dimana mereka berada, seorang sheriff (tentu saja dia vampire) menjadi pengawasnya.
Tapi di True Blood, bukan hanya manusia yang diburu Vampir. Vampir juga nggak aman dari manusia. Manusia berburu darah Vampire. Karena darah mahluk immortal itu memiliki efek lebih dahsyat dari narkoba, putaw, zat psiko-tropica dan Viagra. Secara illegal orang-orang yang kecanduan mencarinya. Harganya melambung dan amat mahal di pasaran. Dan secara diam-diam, sebagian manusia juga telah memanfaatkan darah vampir untuk keperluan medis: cairan merah gelap itu bisa menyenbuhkan luka dan sakit dengan cepat. Sembuh dalam sekejap.
Dari True Blood juga, beberapa fakta yang sama dan beda tentang para vampir, saya dapat. Fakta tentang vampir tersebut, di antaranya adalah:
1. Vampire have no heart beat
2. Vampire have no brain wave
3. Vampire no need to breath
4. Vampire berkulit dingin
5. Vampire telah mati tapi masih hidup
6. Vampire di ‘True Blood’ takut pada perak
Para vampir yang berpacaran dengan manusia, selain bercinta mereka juga kerap berdiskusi dan berdebat. Bill sang vampir tokoh utama yang meninggal pada tahun 1865, misalnya. Dia diundang menjadi nara sumber pertemuan bulanan di gereja. Meski masih tetap merapuh menjadi pasir ketika tertimpa cahaya surya, tentu saja Vampir di ‘True Blood’ tidak takut pada salib dan bawang putih. Dan di pertemuan komunitas gereja tersebut, Bills ditanyai berbagai hal yang berkenaan dengan keadaan yang terjadi di kota itu pada perang dunia I dan II. Dengan artikulatif, Bill yang berusia tua dan terperangkap dala umur 30 serta masih hidup sampai sekarang, menjawab semua apa yang diketahuinya dan membuat seluruh penduduk kota menjadi senang.
Sedang dalam hubungan percintaan, selain bermesraan dan gigit-gigitan (ahahaha), sebagaimana lazimnya sebuah hubungan, pasang surut dan pertengkaran itu pun terjadi. Sepulang kencan dengan Sookie—si pelayan yang bisa membaca pikiran, karena beberapa hal Bill dan Sookie bertengkar. Dan inilah argumen serta debat yang terlontar sekejap dalam pertikaian di depan rumah nenek Sookie, malam itu. Pertengkaran antara pasangan kekasih vampir dan manusia yang terjadi di dunia ‘True Blood’:
-kita nggak bisa bertemu lagi… (sookie)
+kenapa? (Bill)
-karena rumahmu nggak ber-listrik, temanmu minum darah manusia, tidurmu nggak di kasur dan menurutmu arteriku adalah jus termanis.
(Sookie memandang jijik).
-sadarlah! Kalian vampir…!!! Kita berbeda! Vampir membunuh manusia!
+manusia membunuh ribuan manusia dalam persengketaan. Dalam perang!
-aku nggak mau nenekku khawatir karena setiap saat aku terancam terbunuh.
(Bill mendekat, Sookie menjauh)
-Malam ini aku hampir terbunuh lagi. Kenapa selagi aku hidup di bumi ini, aku punya alasan untuk harus kembali menjumpaimu, Vampir?
+karena kamu mencintaiku….
(Sookie menangis, berlari menuju pintu rumah Granny, berusaha meninggalkan Bill)
-Sokie…
(Bill berteriak tertahan dan hendak menyentuh lengan kekasihnya)
-Do not touch me!
(Tapi Sookie menghindar, dengan airmata berderai ia masuk ke dalam rumah. Hatinya telah hancur menjadi kepingan)
Yup… seperti Edward dan Bella, Vampir di True Blood juga kerap bertengkar dan memendam rasa.
Ah, tapi bagiamanapun, bagi saya dunia Vampir Edward jauh lebih keren dari True Blood. Edward setidaknya bisa jalan-jalan di waktu siang, sedang para vampir di True Blood masih harus ngendon tidur di bawah gelap dan cuma bisa berkeliaran di waktu malam. Kulit Edward justru mengkilap seperti pendaran pelangi dan berlian ketika tertimpa cahaya (ia sungguh indah), sedang para vampir di True Blood masih menjalani hidupnya yang klise: berubah menjadi abu bila tertimpa matahari, dan takut pada perak meski sudah kebal terhadap salib dan bawang putih. Lagi pula, para vampir di True Blood tua-tua. Tidak seperti vampir teenage di TWILIGHT yang keren, muda, kaya, dan kenal benar mesin-mesin mobil keluaran terbaru yang memiliki kecepatan menyaingi kecepatan mereka (mesin turbo 911, Edward? ahahahaha:p)
Ah Edward, Edward…
Telah lama saya mengerti bahwa ketika kita tertarik pada satu gelombang, maka gelombang tersebut mengaktifkan gelombang-gelombang lain di seluruh tubuh dan denyut arteri kita. Gelombang yang membawa kita untuk mengisi kekosongan dan menuntutnya untuk dipenuhi dengan segala cara.
Bagi saya, gelombang itu sekarang adalah kamu, Edward. Dan harus saya akui, sebelum tersesat di XXI 21, pada tanggal sehari setelah Yesus dilahirkan (saya menonton TWILIGHT pertama kali pada tanggal 26 Desember), saya akui saya nggak tahu apa-apa tentang kamu. Dan kehausan untuk mengetahui duniamu setelahnya, membuat saya berusaha dengan segala cara untuk memenuhinya. Menutup lubang melompong yang awalnya adalah ketiadaan pemahaman akan eksistensi kalian: para vampir.
O, oooow. Wawwwww… ahahaha. Lihatlah bagaimana cara saya menulis tentang kalian: para vampir. Meski biasa saja, tapi tidakkah jelas bahwa melaluimu Edward, saya sekarang amat mengagumi kalian. Dan bagi saya, seterang siang kenyataan ini jelas-jelas membuat saya nggak enggan untuk mengakuinya: Saya adalah seorang Fang Banger, kini. Vampire groupie. Edward Cullen’s mania.
Dan itu artinya bukan hanya saya bersedia jadi budakmu, Edward. Tapi saya juga akan tetap berusaha untuk terhubung dengan gelombang itu mulai sekarang: gelombang-gelombang yang digetarkan oleh kegelapan. Yang menuntunku pada getaranmu. Getaran dunia vampir.
Ah Edward….
Make me your pet, Master…. (hihihihi)***
Post Title
→I LOVE YOU, EDWARD... (*part_3)
Post URL
→https://gallerygirlss.blogspot.com/2009/01/i-love-you-edward-part3.html
Visit Gallery Girls for Daily Updated Gallery Girls